Sebagian dari mereka yang mulai menyadari akan perubahan ruang dan waktu dilingkungannya, mereka berpikir akan kampungnya yang hilang. Mereka tidak mau terbawa arus dan mereka harus melawan arus untuk meraih kehidupan yang lebih layak, dan agar meraka tidak lagi diusir saat mengintip dari balik pagar jeruji besi melihat anak-anak komplek perumahan bermain dengan barang-barang mahal yang tidak mereka miliki.
Sekelompok anak kecil berlarian kian kemari dan membetuk tarian terkadang gerakannya seirama dengan kaum ibu maupun tarian yang dibawakan anak muda. Suara petikan jentreng (kecapi) dan gesekan ngek-ngek (tarawangsa) yang terdengar sangat monoton, seakan memperkuat semua ungkapan kegelisahan yang tengah dibawakan dalam bahasa tubuh.
Lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, kemampuan Alfiyanto Wajiwa atau yang akrab disapa Uda Anto, adalah menterjemahkan kondisi masyarakat disekitar sanggarnya yang tengah mengalami kegelisahan. Mereka datang ke sanggar seninya dengan berbagai cerita ditampung dan dikembalikan lagi kepada mereka sudah dalam bentuk tarian.
Baca Juga: Meninggal Dunia, Aktor James Bond Sir Sean Connery
Ditengah masa pandemi corona yang belum ada kepastian kapan akan berakhir, Uda Anto mencoba memberikan harapan. Sebuah harapan bahwa perubahan yang terjadi akan lingkungan sekitarnya, bukan berarti akan menciptakan kepunahan, namun justru menuntut aktivitas dan dinamisasi yang baru. (heriyanto)***