Kemenparekraf Mentargetkan 205 Desa Wisata Tahun 2024

- 4 Desember 2020, 00:00 WIB
MENTERI  Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio pada Apresiasi Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pendampingan Desa Wisata 2020 yang digelar secara hybrid (online dan offline) dari Hotel Raffles Jakarta.
MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio pada Apresiasi Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pendampingan Desa Wisata 2020 yang digelar secara hybrid (online dan offline) dari Hotel Raffles Jakarta. /Dok. Humas Kemenparekraf/

Baca Juga: Ini, Kiat Sukses Milenial Calon Pemimpin Masa Depan Ala Gubernur BI

“Ke depan, wisatawan cenderung memilih berlibur ke tempat yang berkualitas, memiliki keunikan tersendiri, aman dari COVID-19, dan berkomitmen dalam menerapkan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability). Saya melihat kita sudah punya kekuatan besar untuk menyediakan pengalaman otentik kepada wisatawan, yaitu lewat desa wisata,” ujar Wishnutama Kusubandio.

Menparekraf Wishnutama Kusubandio merasa optimis, karena berdasarkan dataBadan Pusat Statistik (BPS) pada akhir 2018, tercatat 1.734 desa wisata dari 83.931 desa yang tersebar di Indonesia. Di level internasional, sejumlah desa wisata di Indonesia juga sudah mendapat pengakuan.

Pada 2019 terdapat empat desa wisata masuk Top 100 Destinasi Berkelanjutan di Dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD). Desa Wisata tersebut, Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul (DIY), Desa Pentingsari di Kabupaten Sleman (DIY), Desa Pemuteran di Kabupaten Buleleng (Bali), dan Desa Adat Penglipuran di Kabupaten Bangli (Bali). 

Baca Juga: Lewat invest.bandung.go.id, Peluang Investasi di Bandung Lebih Transparan

Baca Juga: Perjalanan Awug Beras Cibeunying dari Gerobak Hingga Punya Gerai Tetap

Sementara Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya menambahkan, Kemenparekraf memberikan apresiasi khusus kepada 20 perguruan tinggi yang melatih dan mendampingi desa wisata, sehingga tata kelolanya menjadi semakin baik dan profesional.

“Mereka melakukan Training of Trainer (ToT) bagi para pengajar atau dosen yang mendampingi desa wisata dengan cakupan materi sadar wisata, sapta pesona, protokol CHSE, pelayanan prima, dan pengembangan potensi produk pariwisata,” jelasnya.(Iwan Rukwanda)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno

Sumber: kemenparekraf.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah