Pejuang Rupiah di Pasar dan Terminal di Banjaran

28 Mei 2021, 08:37 WIB
Terminal Banjaran di Jalan Raya Banjaran, Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung sejak dulu bukan hanya jadi pusat keramaian dan aktivitas masyarakatnya saja tetapi juga dijadikan tempat ribuan warganya bergantung untuk mencari nafkah. /Foto : Istimewa

PORTAL BANDUNG TIMUR - Di bawah teriknya matahari, hiruk pikuk manusia tak mengenal lelah untuk mencari nafkah. Banjaran, salah satu kecamatan padat di Kabupaten Bandung menjadi pusat dinamika masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas termasuk di pasar dan terminal.

Deretan pedagang mulai dari pedagang buah, sayuran, daging, hingga pakaian ikut meramaikan sisi kiri kanan jalan. Uniknya, selain terdapat Pasar Banjaran inti, terdapat pula para pedagang pasar tumpah yang membuka lapaknya di sekitar Terminal Banjaran.

Tak pernah ada kata sepi rasanya bagi lingkungan Pasar Banjaran dan Terminal Banjaran ini. Penyedia kebutuhan sehari-hari hingga transportasi tak pernah berhenti bergerak, siang malam melakukan segala pekerjaannya dengan penuh perjuangan.

Baca Juga: Abah Nana Munajat Telah Berpulang

Pembeli datang dari berbagai daerah di Kabupaten Bandung sudah tak asing untuk berdesak-desakan mencari kebutuhannya. Pedagang dan Supir angkot saling berdampingan mengusahakan yang terbaik untuk mendapat penghasilan dan menafkahi keluarganya.

Seperti Ibu Lilis (52) yang telah menjadi pedagang sayuran dan bumbu dapur di pasar tumpah Banjaran selama puluhan tahun. “Kami para penjual itu mempersiapkan dagangan dari malam hari, mulai ramai lalu mulai berjualan sekitar jam 2 pagi hingga shubuh, kadang kalau masih ada barang itu sampai siang juga ada nunggu barang habis terjual,” terang Lilis.

Karena menjual sayuran dan bumbu rempah lainnya yang mudah busuk, maka tidak jarang ia mengalami kerugian. Tapi, Ibu Lilis tetap melakukan pekerjaannya dengan penuh rasa syukur.

Bahkan ketika manusia pada umumnya sedang berada dalam waktu tidur, di bawah dinginnya malam, para pedagang pasar Banjaran ini justru memulai aktivitasnya. Mulai dari menerima pasokan barang dari pemasok, menyortir kualitas barang, menyiapkan lapak dagangan, dilanjutkan dengan berdagang selama seharian penuh tanpa kenal lelah, dan hal itu dilakukan secara terus menerus.

Baca Juga: Kedelai Kembali Naik, Pengrajin Tahu Tempe Ancam Mogok 3 Hari

Yang kita lihat sebagai konsumen bahwa pedagang itu tinggal duduk enak saja menjajakan dagannya. Padahal di balik itu terdapat perjuangan yang tidak mudah dan tak bisa dibayangkan sebelumnya.

Tak jauh berbeda dengan kehidupan di Terminal Banjaran. Mulai dari sopir angkot, kondektur, tukang ojek, pedagang asongan, anak jalanan hingga pengamen yang menambah suasana ramai di tempat itu. Mereka adalah pejuang rupiah yang menggantungkan hidupnya di terminal.

Berderet warna-warni angkot berbagai jurusan tujuan menghabiskan setengah jalan yang tak jarang menimbulkan kemacetan. Mulai dari Banjaran-Tegalega, Banjaran-Soreang, hingga Banjaran-Gamblok.

Pedagang berjualan tidak hanya di dalam Pasar Banjaran tetapi juga menggelar dagangannya di dalam lahan Terminal Banjaran. Foto : Istimewa
Mang Ade (48) sebagai sopir angkot Banjaran-Tegalega menceritakan sedikit pengalamannya mencari nafkah. “Saya sudah belasan tahun jadi sopir angkot, narik dari pagi hingga malam, hasil pendapatan hanya bisa untuk makan sehari-hari. Kadang jika sepi bahkan untuk setoran ke pemilik angkot saja susah,” papar Mang Ade.

Apalagi sekarang, menurut Mang Ade  penumpang angkot semakin sedikit, paling yang pulang-pergi berbelanja di pasar Banjaran saja. “Tapi walaupun sedikit kalau di jalani insyaallah ada hasil dan itu sudah alhamdulillah,” imbuh Mang Ade.

Kagum rasanya melihat secara lebih dekat dan lebih dalam dengan orang-orang yang mencari nafkah di Pasar dan Terminal Banjaran. Banyak hikmah yang didapatkan. Bekerja di tempat keras mengajarkan bahwa seminimal apapun hasilnya tetap harus diusahakan.

Tidak mudah untuk mendapat penghasilan yang ideal, perlu usaha dan kerja keras namun dengan bersyukur maka seberat apapun perjuangan akan terasa lebih ringan. Dari Pasar dan Terminal Banjaran, kami belajar arti kehidupan (ahyani nurrahmi hakim)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler