Batik Pendulum Inovasi Maestro Batik Komarudin Kudiya Pasca Pandemi Covid-19

- 20 Agustus 2022, 21:40 WIB
Maestro Batik, Komarudin Kudiya memeragakan cara membuat batik  menggunakan pendulum dan dinamainya Batik Pendulum di Rumah Batik Komar Jalan Cigadung Raya Timur Kota Bandung.
Maestro Batik, Komarudin Kudiya memeragakan cara membuat batik menggunakan pendulum dan dinamainya Batik Pendulum di Rumah Batik Komar Jalan Cigadung Raya Timur Kota Bandung. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama 2 tahun, bahkan hingga kini masih berlangsung dan ada tanda-tanda akan berakhir membuat berbagai sendi kehidupan. Bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga tatanan kehidupan masyatakat yang mengalami perubahan sangat drastis. Tidak terkecuali sektor perekonomian masyarakat.

Hal inilah yang menjadi bahan pemikian seorang Komarudin Kudiya, lengkapnya  Dr. H. Komarudin Kudiya S.Ip., M.Ds., tokoh batik Jawa Barat yang juga sekaligus sebagai Ketua Asosiasi Pengusahan dan Perajin Batik Indonesia berpikir keras.

“Saya dituntut tidak hanya memberikan motivasi dan melakukan terobosan dalam mengembangkan kain batik bagi para pengusaha dan peraji kain batik di tanah air yang kini tengah lesu, tetapi juga melakukan inovasi lainnya,” ujar Komar Kudiya, saat memperkenalkan Pendulum Batik Art di Rumah Batik Komar, Jalan Cigadung Raya Timur, Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung.  

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, MUI Disarankan Perkuat Narasi yang Lebih Sejuk

Sebelumnya, bersama  Putri Urfanny Nadhiroh putrinya, Komar Kudiya  membuat inovasi gabungan antara Shibori kain khas Jepang dan Batik dengan sebutan Shibotik. Inovasi ini mampu menarik minat para kawula muda menggandrungi batik blasteran Jepang Indonesia.

Begitupun dengan inivasi ecoprint batik diakhir tahun 2021, Komarudin dengan Rumah Batiknya memberikan inovasi membatik dengan gaya kekinian. Kreasi membatik dengan ecoprint pun sempat meramaikan industri batik di masa pandemi.

Dipertangahan tahun 2022 ini, Komarudin bersama keluarganya kembali berinovasi dan berkreasi dalam membatik, yakni menggunakan teknik pendulum. Teknik ini disebut Batik Pendulum Arts.

Baca Juga: Urus KITAS, Luis Milla Segera Berlabuh di Kota Bandung, See You Soon Bobotoh

Komarudin mengklaim jika teknik membatik menggunakan pendulum merupakan yang pertama di Indonesia bahkan dunia. "Kalau secara seni sudah banyak orang menggunakan pendulum untuk menjadi sebuah karya seni. Tapi untuk teknik membatik menggunakan pendulum, mungkin baru kami yang pertama," terang Komarudin Kudiya.

Komarudin Kudiya menyebutkan, munculnya inovasi baru dalam membatik terdorong banyaknya permintaan kain batik dengan motif- motif baru di masa Pandemi Covid-19. Sementara para perajin batik banyak yang gulung tikar dan beralih profesi menjadi tukang bangunan, petani maupun bekerja di sektor lainnya.

Peragaan kain batik di Rumah Batik Komar pada peresmian Batik Pendulum di Rumah Batik Komar Jalan Raya Cigadung Timur Kota Bandung.
Peragaan kain batik di Rumah Batik Komar pada peresmian Batik Pendulum di Rumah Batik Komar Jalan Raya Cigadung Timur Kota Bandung.
"Disaat batik kembali menggeliat seperti sekarang ini, para perajin batik tidak bisa kembali membatik dalam waktu singkat. Karena tangan-tangan halus mereka sudah kasar menjadi pekerja atau buruh. Membatik dibutuhkan tangan halus, selain rasa dan karsa serta imajinasi perajin batik," ujar Komarudin.

"Melihat kondisi tersebut, kami sengaja membuat inovasi baru dalam membatik namun cepat dalam proses produksinya. Ya menggunakan pendulum inilah yang kita ciptakan, makanya disebut Batik Pendulum Arts," tambahnya.

Baca Juga: Irjen ferdy Sambo Segera Jalani Sidang Komisi Kode Etik dan Profesi Polri

Walaupun menggunakan pendulum sebagai media membetik (canting), Komarudin tetap menggunakan lilir cair atau malam sebagai media untuk menuangkan ide kreatifnya di atas helai kain. Pendulum yang berisi lilin kemudian diayun sehingga menghasilkan goresan lilin di atas kain. Sesekali, Komarudin menyentuh dan menggeser ayunan pendulum untuk menghasilkan goresan yang diinginkan.

Dan yang disebut batik adalah menggunakan media lilis panas untuk membuat sebuah motif batik. Inilah yang dipertahankan Komarudin bersama keluarganya.

Untuk menghasilkan karya batik pendulum yang lebih unik, Komarudin terkadang menggunakan tiga sampai empat pendulum dengan kerumitan  yang ada, namun menghasilkan karya yang sangat epik dan indah.

Komarudin pun terkadang menambahkan metode canting atau dikenal batik tulis dalam inovasi batik pendulumnya. Hasilnya di luar dugaan, lebih indah dan elegan serta tidak meninggalkan ketradisionalan batik.

Baca Juga: Kasat Narkoba Polres Karawang Ditangkap Kasus Narkoba, Ini Kata Kompolnas

"Itu sebuah inovasi (batik pendulum), tapi saya tidak mau meninggalkan batik tradisional, yakni batik tulis. Paduan metode atau teknik batik tulis dengan pendulum hasilnya cukup bagus dan banyak dipesan, walaupun baru dilaunching," katanya.

Komarudin mengaku menggunakan pendulum dalam membatik banyak mengalami kendala, seperti tali kasur untuk menggantung pendulum yang sering melilit atau berputar ke arah balik. Begitu pun menggunakan tali plastik, yang sering terbuka simpul tali plastiknya.

"Sudah beberapa kali mencoba, kami akhirnya menggunakan sling baja kecil. Setelah dicoba beberapa kali, ternyata sling baja lebih kuat dan kokoh serta stabil saat diayun," tambahnya.

Motif batik yang dihasilkan pendulum ini rata-rata berbentuk oval dengan goresan tanpa putus dan ada pula putus, bahkan terkadang ada motif menyerupai galaksi bima sakti (antariksa). Memasukan warna saat mencelup dan mencuci kain yang sudah dicanting me jadi kunci keindahan dari batik pendulum ini.

Kain Batik saat ini terus berinovasi untuk mengikuti trend fashion yang terus berkembang.
Kain Batik saat ini terus berinovasi untuk mengikuti trend fashion yang terus berkembang.
Dalam dua bulan terakhir ini, Rumah Batik Komar telah memproduksi sekitar 300 helai batik pendulum. Dari jumlah tersebut, 50% sudah sold out.

"Sudah setengahnya diborong oleh masyarakat penggemar batik. Padahal kami baru launching hari Kamis," tandasnya.

Komarudin pun mengalami perjalanan bathin saat menggunakan pendulum sebagai media kreatif membatik. Walaupun dirinyab tidak mau menceritakan secara gamblang perjalanan bathin tersebut.

"Yang saya tahu, pendulum ini banyak digunakan orang jaman dulu untuk meditasi maupun untuk penyembuhan (pemyakit). Pengalaman seperti ini yang tidak mungkin diceritakan," katanya menjelaskan.

Komarudin berharap inovasi batik pendulum ini bisa memberikan nuansa lain dan menambah hasanah batik Indonesia. Sehingga motif batik di Indonesia semakin semarak dan tidak monoton.

"Masyarakat penggemar batik terutama dari kalangan muda sangat menginginkan inovasi baru motif batik, agar mereka semakin mencintai batik sebagai warisan budaya takbenda Dunia (UNESCO) dari Indonesia," ujar Komarudin Kudiya mengakhiri pembicarannya. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x