PORTAL BANDUNG TIMUR - Utak-atik sampah bekas cangkang kopi atau kertas pembungkus makanan ringan lalu didaur ulang menjadi bahan-bahan dasar untuk bekreasi, maka dihasilkanlah karya seni rupa, salah satunya berupa wajah sosok perempuan pahlawan Raden Ajeng Kartini.
Melakukan cara sederhana dalam memanfaatkan benda-benda tak terpakai di sekitar lingkungan rumah, sehingga menghasilkan sejumlah karya bernilai, itulah gambaran kecil pegiat kriya dan pelaku usaha kecil menengah, R. Lidia Sartika atau akrab disapa Bunda Lia, mengisi hari-harinya.
Dalam sebuah obrolan santai usai pertemuan Co Working Space (CWS) tingkat Kecamatan Panyileukan, di halaman Kantor Camat Panyileukan, Jalan Soekarno Hatta Kota Bandung, Selasa, 13 Juni 2023, Kepada Portal Bandung Timur, Bunda Lia, menuturkan, bahwa, kriya wajah Kartini hanya satu dari sekian banyak kreasi sanggup ia hasilkan.
Kegiatannya dalam dunia kriya dan UKM produk daur ulang sampah itu berdampak positif bagi kehidupannya. Setelah segala jerih payah dilakukan, Bunda Lia tidak menyangka jika usahanya sanggup mengantarkan dirinya pergi berhaji ke tanah Suci Mekah.
"Pada saat itu, tahun 2019, saya mendapat kesempatan beribadah ke tanah Mekah dengan segala macam fasilitas ditanggung oleh salah satu lembaga keuangan yaitu Bank BTPN. Pihak Bank BTPN memberikan hadiah istimewa sebagai bentuk apresiasi dari adanya kemitraan strategis. Kemitraannya sendiri berupa pelaksanaan pelatihan-pelatihan daur ulang sampah menjadi karya kriya bernilai. Dalam beberapa kali kesempatan, saya menjadi mentor pelatihan-pelatihan yang terlaksana," ujar Bunda Lia.
Baca Juga: Usaha Kuliner Seblak Segurih Rasanya
Bunda Lia sendiri, dalam menggeluti aktivitas kriya dan UKM tersebut, sehari-harinya menggunakan nama sebuah wadah usaha yaitu Sartika Kreasindo. Ia lakukan seluruh aktivitas rutin hanya di sekitar tempat tinggalnya saja, di Kelurahan Cipadung Kidul Kecamatan Panyileukan Kota Bandung.
Puluhan tahun ia dedikasikan kemampuan dan perhatian untuk terus menggeluti dunia kriya dan UKM ini. Terhitung sejak tahun 2011, Bunda Lia sudah asyik dengan dunia kriyanya.
Selain waktu dan relasi, Bunda Lia dipandang cukup aktif berkegiatan di sekitar wilayah tempat tinggalnya, sehingga wajar jika kiprahnya selama ini lebih banyak dikenal warga Bandung dan sekitarnya.
Usaha keras Bunda Lia, mampu membuat dirinya bertahan hidup selama ini. Berbagai benturan keadaan secara ekonomi maupun sosial, tegar ia hadapi berbekal kemampuan skill kriya dan UKM.
"Terutama pada masa Pandemi Covid-19, saat banyak pihak lain terpuruk, dunia kriya daur ulang sampah justru malah mendapat peluang. Karena aktivitasnya banyak dilakukan di rumah saja. Beberapa produk diantaranya dapat diciptakan, seperti masker kain batik dan tali tambahan pengikat masker, itu diproduksi besar-besaran saat pandemi. Artinya, omset terus naik pada masa krisis. Hasilnya cukup lumayan untuk menghadapi keadaan genting pandemi," ungkap Bunda Lia.
Dibalik pengalaman dan ungkapan tersebut, Bunda Lia berpesan bahwa beraktivitas atau keinginan berkreasi itu harus terus tumbuh dalam setiap diri seseorang kapan pun itu. Kita tidak akan pernah tahu pasti kapan peluang datang. Tugas manusia hanya berusaha. Pandemi Covid-19 menjadi derita bagi banyak orang, tetapi bagi orang-orang kreatif justru itu melahirkan peluang dan juga mendatangkan keuntungan. (Ari Prianto Teguh)***