Pemasaran hasil produksi gamis dari Kampung Gamis, tidak main-main. Bukan hanya untuk memenuhi pesanan dari daerah sekitar wilayah Kabupaten Bandung maupun Kota Bandung dan sekitarnya, tapi sudah dipasarkan hampir diseluruh wilayah Indonesia dan bahkan sampai merambah ke mancanegara.
Menurut Ujang Samsudin, baju gamis yang diproduksi masyarakat Kampung Gamis umumnya tidak diberikan merek. Sehingga nantinya oleh pedagang ataupun bahkan konsumen yang memesan merek produk sesuai permintaannya.
Omset yang diperoleh para pelaku usaha konveksi gamis di Kampung Gamis biasanya akan meningkat drastis ketika menjelang hari raya idul fitri. Banyak permintaan pesanan datang dari berbagai daerah. “Nanti pas lebaran yah nah itu banyak pesanan sampai overload biasanya, sekali ngirim itu bisa 500 baju, ngirimnya itu seminggu dua kali,” kata Ujang Samsudin.
Baca Juga: Comring Cisompet Garut, Makanan Khas yang Mulai di Cari Karena Kerenyahannya
“Sebelum kerja di kantor desa, saya juga dulu itu punya usaha konveksi gamis juga. Inget dulu sering ngirim-ngirim gamis. Murah-murah gamis disini mah harga sesuailah sama isi kantong” ujar Ujang Samsudin.
Setengah berpromosi, Ujang Samsudin mengatakan bahwa harga gamis yang ditawarkan sangat bervariatif, sesuai dengan bahan dan model gamis. Harga gamis yang ditawarkan ada yang mulai Rp70.000 hingga Rp120.000 dan bahkan sampai ada yang seharga Rp3.000.000, dengan model dan bahan sesuai pemesanan.
Para pelaku konveksi di Kampung Gamis, Kecamatan Soreang, pada saat setelah adanya pandemi Covid-19 mengalami penurunan omset penjualan. Tetapi para pelaku usaha tidak kehilangan akal untuk mempertahankan usahanya.
Baca Juga: Roti Sidodadi; Melampaui Zaman Kelezatan Tetap Terjaga
Media sosial menjadi cara untuk meningkatkan penjualan. “Jaman sekarang mah yah sesudah ada covid, pembeli sudah pindah dari yang manual ke online shop. Pas itu jual ke penampung kalau sekarang ke reseller online. Untung ketolong sama itu.” ujar Ujang Samsudin.