Abyab Binsari Biak Numfor Tidak Beda Jauh dengan Museum War Remnants di Vietnam

- 10 Desember 2021, 21:01 WIB
Direktur Pengembangan Destinasi II, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wawan Gunawan, saat meninjau Abyab Binsari di Biak Numfor, Papua.
Direktur Pengembangan Destinasi II, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wawan Gunawan, saat meninjau Abyab Binsari di Biak Numfor, Papua. /Istimewa/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terus mendorong penguatan destinasi wisata unggulan di Kabupaten Biak Numfor, Papua, sebagai destinasi yang berkualitas dan berkelanjutan. Untuk dapat menarik lebih besar minat kunjungan wisatawan dan menggerakkan ekonomi dengan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat pembangunan destinasi didukung Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pariwisata tahun 2021.

“Untuk pengembangan destinasi di Biak Numfor diantaranya objek wisata Goa Jepang, Distrik Samofa, dengan Pembangunan Panggung Kesenian di Kawasan Museum Cendrawasih Distrik Biak Kota, serta  Rest Area Wardo Distrik Biak Barat dan Waterblow Tanjung Saruri Distrik Yawosi,” terang Direktur Pengembangan Destinasi II, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wawan Gunawan, saat meninjau Pembangunan Destinasi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pariwisata tahun 2021.

Pada peninjauan yang didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor, Ony Dangeubun, menurut Wawan Gunawan, Gua Jepang di Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu destinasi unggulan.   Gua Jepang yang pada awalnya gua alami yang sering digunakan masyarakat setempat sebagai tempat beristirahat.

Baca Juga: Shopee 12.12 Birthday Sale TV Show Datangkan TOMORROW X TOGETHER, Al & Andin, dan 3 Bintang Dangdut

Di dalam gua juga terdapat mata air yang sering dipakai masyarakat untuk keperluan sehari-hari sebelum akhirnya dimanfaatkan tentara Jepang.  "Potensi destinasi gua Jepang ini sudah sangat keren dengan cerita sejarah yang begitu kuat yang ada di dalamnya, kami yakin destinasi ini bisa mendunia bahkan bisa menyandingi Museum War Remnants di Vietnam, asal terus dikemas dengan standar global," ujar Wawan Gunawan.

Dikatakan Wawang Gunawan, Gua Jepang atau sering disebut Abyab Binsari oleh masyarakat setempat memiliki arti gua Nenek. Berdasar cerita turun temurun, zaman dulu ada seorang nenek yang tinggal di sekitar gua, namun setelah tentara Jepang datang, nenek itu kemudian menghilang tanpa jejak. 

Tentara Jepang pertama kali mendarat ke Biak pada tahun 1943 dengan jumlah tentara kurang lebih 10.000. Tersebar dari gua Jepang, Biak Utara, Biak Barat, Biak Timur, Ambroben Sup, sampai ke Supiori.

Baca Juga: Wali Kota Bandung Oded M Danial Meninggal Saat Akan Menjadi Khatib di Masjid Muhajidin Kota Bandung

Tentara Jepang kemudian membangun benteng-benteng pertahanan di pinggiran pantai sampai ke hutan dan gua-gua yang ada di hutan. Khusus di gua Jepang terdapat sebanyak 3.000 personel tentara Jepang, yang kemudian menjadikan gua tersebut sebagai pusat logistik dan juga tempat persembunyian tentara jepang di bawah Komando Kolonel Kuzume. 

Sekitar tahun 1944, tentara sekutu yang berada di bawah kepemimpinan Jenderal Douglas McArthur mengetahui jika pusat Logistik tentara Jepang berada di Biak. Maka pada 7 Juni 1944, sekutu langsung menjatuhkan bom dan drum-drum bahan bakar di atas gua Binsari ini, yang mengakibatkan lebih dari 3.000 tentara Jepang tewas. 

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x