Network
PORTAL BANDUNG TIMUR - Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata saat Nabi Muhammad SAW pernah naik mimbar kemudian berkata, "Amin, Amin, Amin." Para sahabat bertanya, "Kenapa engkau berkata 'Amin, Amin, Amin, Ya Rasulullah?" Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam menjawab, "Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata, 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau Namun dia tidak bersholawat kepadamu dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin'.
Kemudian Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadan tetapi keluar dari bulan Ramadan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!' maka aku berkata: 'Amin'. Kemudian Jibril berkata lagi. 'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin'."
“Hadist riwayat Bukhari, Hakim dan Al Bazzar tersebut seringkali disampaikan oleh mubaligh, penceramah atau ustadz disetiap hari-hari terakhir di bulan suci Ramadan. Terutama di 10 hari terakhir di bulan Ramadan seperti sekarang ini, hal tersebut dirasakan penting disampaikan agar menjadi bahan renungan bagi setiap Muslim yang melaksanakan ibadah puasa, agar puasa yang dilaksanakan selama bulan suci Ramadan tidak menemui kesia-siaan,” ujar Ustad Didi Saefulloh seorang pemuka agama di Palasari, Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Pada masa sekarang ini menurut Ustad Didi Saefulloh, menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan terasa sangat berat. Untuk hanya sekedar menahan lapar dan dahaga sejak fajar hingga matahari terbenam masih bisa ditahan, namun melalui smart phone godaan berbuat riya, iri, dengki, hasut dan bahkan zinah mata ataupun telinga sangat sulit dihindari.
“Pasti dari sekian banyak kaum Muslim tidak sedikit yang membicarakan kebaikan ataupun keburukan orang lain melalui pesan WhatsApp ataupun Instagram, Twitter, FaceBook maupun TikTok. Contoh kecil saja, terkadang kita menampilkan status di WA atau IG untuk pamer dan bahkan terkadang dengan dibumbui kalimat menyinggung perasaan orang lain,” ujar Ustad Didi Saefulloh.
Selain melalui smartphone, menjelang akhir bulan puasa, tidak sedikit orang tua yang disibukan dengan mempersiapkan kebutuhan Lebaran. Untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, mau tidak mau harus keluar masuk pusat perbelanjaan, dan ketika di pusat perbelanjaan tersebut sulit untuk menghindari zinah mata.
“Belum lagi dengan kesibukan berbelanja menjadikan kita lupa akan waktu sholat dan berdzikir di rumah atau masjid. Kesibukan menjelang berakhirya ibadah puasa di bulan Ramadan membuat kita lupa melaksanakan ibadah sholat, bertadarus di masjid ,” ujar Ustad Didi Saefulloh seraya mengutip hadist riwayat Ibnu Majah dan Ahmad, yang artinya Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam bersabda; “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga. Dan betapa banyak orang yang melaksanakan shalat malam, namun dia tidak mendapatkan dari bangunnya tersebut, kecuali rasa capek karena begadang.”
Terhadap hadist tersebut ada banyak ulama berpendapat bahwa seseorang yang berpuasa, namun melakukan kemaksiatan dan dosa lainnya, maka puasanya dihukumi batal. Namun demikian ada banyak pendapat yang lebih benar,tidak batalnya puasa orang tersebut, namun perbuatan dosa yang dilakukan saat melaksanakan puasa akan mengurangi pahala puasa, serta ia merupakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan hakikatnya.
