Belajarlah Dari Kasus Polio

- 26 November 2020, 06:00 WIB
KOLASE foto Penasihat dr, Jane Soepardi (kiri) dan dr. I Nyoman Kandun MPH, (kanan) pada acara Dialog Produktif bertema ‘Belajar dari Sukses PIN Polio’, diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Jakarta.
KOLASE foto Penasihat dr, Jane Soepardi (kiri) dan dr. I Nyoman Kandun MPH, (kanan) pada acara Dialog Produktif bertema ‘Belajar dari Sukses PIN Polio’, diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Jakarta. /DokTim Komunikasi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Imunisasi melalui vaksin terbukti sebagai pendekatan kesehatan masyarakat yang paling efektif. Dukungan dari jajaran pemerintah yang memiliki keinginan kuat untuk menghapus virus ini dari Indonesia.

Disampaikan dr. Jane Soepardi, konsultan Imunisasi dan   pengawasan untuk lembaga pencegahan dan pengendalian penyakit CDC Atlanta kantor Indonesia,  pada acara Dialog Produktif bertema ‘Belajar dari Sukses PIN Polio’, yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Jakarta.

“Imunisasi melalui vaksin, terbukti sebagai pendekatan kesehatan masyarakat yang paling efektif. Dengan kata lain telah terbukti juga bahwa tanpa vaksin dan program imunisasi manusia tidak bisa menang perang melawan virus,” terang dr. Jane Soepardi, sebagaimana di kutip Portal Bandung Timur dari situs resmi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional,covid19.go.id.

Baca Juga: Ini, Data Pasien Sembuh COVID-19 Per 25 November 2020

Baca Juga: Pasar Ikan Muara Tidak Pengaruhi COVID-19

Dalam paparannya dr. Jane Soepardi, mengatakan kunci sukses untuk membebaskan Indonesia dari polio adalah dukungan dari jajaran pemerintah.  Pemerintah harus memiliki keinginan kuat untuk menghapus virus ini dari Indonesia.

Selain itu meurut dr Jane Soepardi, dukungan sumber daya tenaga kesehatan dan logistik yang cukup juga membantu Indonesia terbebas polio. “Tidak kalah penting, Komunikasi dengan masyarakat melalui berbagai media terlaksana dengan baik sehingga imunisasi dengan vaksin yang sesuai, mampu diterima dan terbukti sebagai pendekatan kesehatan yang efektif,” ujar dr. Jane Soepardi.

Diakhir paparan,  dr Jane Soepardi mengungkapkan, membuat vaksin jauh lebih sulit dan syaratnya lebih berat daripada membuat obat. “Karena vaksin untuk orang yang masih sehat, sedangkan obat untuk orang yang sudah sakit, oleh karena itu syarat utama bagi vaksin adalah keamanannya. Target pemberian vaksin adalah, agar orang sehat tetap sehat dan menjadi kebal terhadap vaksin tertentu,” ujar dr. Jane Soepardi.

Baca Juga: Memprihatinkan, Tagana Garut Hanya Punya 2 Motor Operasional

Baca Juga: UPT Padepokan Mayang Sunda Sunyi Sepi

Sementara pembicara lainnya, dr. I Nyoman Kandun MPH, Penasihat Field Epidemiology Training Program (FETP), mengatakan, imunisasi sangat penting untuk membentuk daya tahan tubuh dalam melawan penyakit tertentu yang merupakan bagian dari upaya mencegah lebih baik daripada mengobati. Imunisasi merupakan interfensi kesehatan masyarakat yang spesifik dan efektif dari segi biaya.

Salah satu upaya imunisasi yang massif yang pernah dilakukan pemerintah adalah program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dimulai pada tahun 1995. PIN saat itu merupakan program untuk mengeradikasi virus polio.

“Pemberian vaksin oral polio pada 1995-1997 diberikan pada siapa saja, tanpa memandang seseorang itu sudah diberikan vaksin polio secara rutin atau belum. Bagi yang telah mendapat imunisasi polio rutin, maka pemberian kembali vaksin polio akan memperkebal daya tahan tubuhnya. Mereka yang belum mendapat vaksin polio, maka bisa dikatakan mendapatkan imunisasi dasar, jelas dr. I Nyoman Kandun.

Baca Juga: Terjatuh Dari Motor, Ibu dan Anak Alami Shock

Baca Juga: Satpol PP Kota Bandung dan Polsekta Suka Asih Gelar Operasi Yustisi

 Dikatakan I Nyoman Kandun, PIN saat itu bertujuan untuk mengeradikasi polio di Indonesia. Masyarakat perlu mengetahui tahap-tahap penanganan penyakit menular, yaitu mengontrol, mengeliminasi dan mengeradikasi.

 “Mengontrol adalah menekan insiden penyakit menular. Sedangkan mengeliminasi adalah menekan hingga angka yang sangat rendah, bisa sampai nol, tapi virusnya tidak hilang. Mengeradikasi artinya, di samping kita bisa menekan penularan sampai nol, virusnya juga bisa hilang. Seperti misalnya cacar yang tidak ditemukan lagi adanya virus cacar sehingga kita bisa dikatakan mengeradikasi cacar, ujar I Nyoma Kandun.

Cakupan imunisasi rutin polio yang dimulai dari 1995, menurut I Nyoman Kandun, sempat menurun akibat terdampak krisis multi dimensi pada periode 1998-2002. Pada 2002 baru pemerintah melakukan PIN kembali.

Baca Juga: Pembangunan Masjid Jami' Daarus Sakiinah Dimulai

Baca Juga: Tol Serang-Panimbang Seksi 3 Segera Dikerjakan

Pada 2005 virus polio liar (wild polio virus) teridentifikasi di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat.  Penanganan virus polio di Cidahu sebenarnya telah dilakukan dalam tindakan cepat yang dikenal sebagai sub PIN, supaya virus polio liar yang masuk Cidahu tidak menyebar. Tapi virus tersebut menyebar ke Sumatra dan wilayah lainnya,  terang I Nyoman Kandun.

Pemerintah kemudian menetapkannya sebagai KLB dan kembali menjalankan PIN. Hasilnya, polio kembali sukses diberantas pada 2006. Kemudian pada 2014, label bebas polio diberikan WHO kepada Indonesia.

"Sampai saat ini tidak ditemukan lagi penderita polio yang disebabkan virus polio liar. Jadi apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penyebaran virus? Cakupan imunisasi harus setinggi-tingginya, bila perlu 100 persen", ujar I Nyoman Kandun.

Baca Juga: Tuntut Kenaikan Upah, Ribuan Buruh Geruduk Kantor Pemda Cianjur

Baca Juga: Diskusi Perkuat Komitmen Integritas Partai Politik Gelar KPK

Selain itu, dari sudut pandang investasi kesehatan, I Nyoman Kandun mengatakan, imunisasi merupakan investasi masa depan bagi anak Indonesia. “Dengan dibekali imunisasi yang melindungi mereka dari penyakit menular, maka anak Indonesia bisa tumbuh sehat secara fisik dan mental, dengan begitu anak Indonesia bisa tumbuh sehat dan cerdas,” pungkas I Nyoman Kandun. (robi gani)***

Editor: Heriyanto Retno

Sumber: covid19.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah