PORTAL BANDUNG TIMUR - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menyampaikan bahwa hingga Selasa 22 November 2022 telah terjadi 140 kali gempa susulan atau aftershocks. Hingga pukul 16.00 WIB berdasarkan hasil monitoring BMKG frekwensi gempa bumi susulan yang melanda wilayah Kabupaten Cianjur Jawa Barat terus menurun.
“Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa hingga Selasa 22 November 2022 pukul 07.30 WIB terjadi sebanyak 127 kali gempa susulan (aftershocks). Gempa bumi susulan terbesar magnitudo 4,2 dan terkecil magnitudo 1,2,” ujar Daryono dalam keteranganya, Selasa 22 November 2022 sebagaimana dikutip dari instagram pribadinya @daryonoBMKG.
Dengan semakin mengecilnya magnitudo gempa bumi susulan atau aftershocks di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi, Jawa Barat menurut Daryono menunjukan bukti bahwa gempa bumi susulan sudah meluruh. “Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa hingga Selasa 22 November 2022 pagi menunjukkan tren magnitudo gempa susulan yang cenderung melemah,” tambah Daryono.
Baca Juga: Putri Candrawathi Terpapar Virus Corona, Sidang Dilaksanakan Secara Daring
Disampaikan Daryono, gempa bumi yang melanda Kabupaten Cianjur dan Sukabumi dipicu aktivitas pergerakan Sesar Cimandiri. Berdasarkan catatan BMKG, wilayah sekitar Sesar Cimandiri kerap diladan gempa bumi, tapi dengan skala kecil.
“Gempa bumi yang diakibatkan Sesar Cimandiri tercatat sejak tahun 1844, kemudian tahun 1879, dan tahun 1910 serta tahun 1912. Sejak penggunaan seismograf, gempa Sesar Mandiri tercatat pada tahun 1969 dengan magnitudo 5,4 menimbulkan banyak korban dan kerusakan,” terang Daryono.
Gempa bumi akibat aktivitas Sesar Mandiri menurut Daryono tidak telalu besar. "Rata-rata gempa yang terjadi di zona ini tidak ada yang melebihi 6,0, semuanya bermagnitudo 5 koma, seperti halnya kejadian pada Senin (21 November 2022) siang kekuatan gempa bumi bermagnitudo 5.6," ujar Daryono.
Baca Juga: Informasi Kanker Alami Kesenjangan, Masyarakat Jabar Lebih Percaya Mitos Daripada Fakta
Namun menurut Daryono, meskipun gempa bumi yang terjadi pada Senin 21 November 2022 dengan magnitudo 5,6 mengakibatkan kerusakan sangat parah. Hal ini terjadi sepeti pada Juli tahun 2000, gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,4 dan 5,1 tapi mengakibatkan lebih dari 1.900 rumah mengalami kerusakan.
“Hal ini dikarenakan gempa bumi tektonik yang terjadi berpusat di darat berjenis tektonik kerak dangkal atau shallow crustal earthquake dikedalaman 10 kilometer. Karakteristik shallow crustal earthquake sangat dangkal, energinya itu dari pusat yang dipancarkan, yang diradiasikan ke permukaan tanah itu masih kuat," ujar Daryono. (heriyanto)***