Tahun 2022, Buruh Tetap Optimis Tunjukan Dedikasi dan Loyalitas di Tempat Bekerja

- 2 Januari 2022, 23:12 WIB
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (DPP FSPSI) Ngadi Utomo, S.H, memasuki tahun 2022  berharap buruh tunjukan dedikasi dan loyalitas pada perusahaan tempat bekerja.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (DPP FSPSI) Ngadi Utomo, S.H, memasuki tahun 2022 berharap buruh tunjukan dedikasi dan loyalitas pada perusahaan tempat bekerja. /Portal Bandung Timur/neni mardiana/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Memasuki tahun 2022, buruh yang tergabung dalam Dewan Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (DPP FSPSI) harus tetap optimis. Masih dalam masa pendemi Covid-19 buruh harus tetap melaksanakan aktivitas dengan penuh dedikasi dan loyalitas di perusahaan dimana bekerja.

"Namun saat ini dikabarkan, kasus Covid-19 sudah mulai melandai di Indonesia, namun demikian para pekerja harus tetap waspada dan tetap menjaga protokol kesehatan (prokes) yang sudah biasa dilaksanakan para buruh saat bekerja di tempat kerja masing-masing," kata Ketua Umum DPP FSPSI Ngadi Utomo, S.H., kepada Portal Bandung Timur di kawasan Rancaekek, Minggu 2 Januari 2022. 

Mengingat saat ini, imbuh Ngadi Utomo, seperti yang disampaikan pemerintah pusat hingga daerah, ada ancaman varian baru Covid-19, yaitu Omicron. Kendati demikian, para buruh harus tetap semangat dalam bekerja, karena kunci pencegahan dari penyebaran virus Corona itu dengan tetap disiplin prokes.

Baca Juga: Jatigede, Mau Jadi Objek Wisata Berkelas Dunia Tapi Penuh Sampah

Ia pun melihat perkembangan ekonomi di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir ini mulai tumbuh dan menggeliat, setelah didera pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir ini. Sejumlah sektor ekonomi sempat ketar ketir karena ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), sebagai upaya untuk mencegah meluasnya peredaran virus corona. 

"Di antaranya pada pelayanan jasa yang mengalami penurunan pendapatan, bahkan sejumlah sektor usaha tutup karena tak mampu bersaing. Selain itu di sejumlah perusahaan industri yang menghasilkan produk barang, seperti kain atau sejenisnya terpaksa harus mengurangi tenaga kerja.

Selain itu efisiensi waktu kerja, dari enam hari kerja dalam seminggu, terpaksa dikurangi menjadi 3-4 hari dengan dasar produksi yang dihasilkan tidak sebanding dengan pemasaran. Sementara upah kerja dibayarkan dari hasil pemasaran produksi," tuturnya.

Namun khususnya pada sektor  produksi makanan ringan, diakui Ngadi Utomo, masih bisa bertahan dan tetap stabil disaat pandemi Covid-19 mempengaruhi sektor usaha dan bisnis lainnya. 

Baca Juga: Piala AFF 2020, Thailand Juara AFF Indonesia Runner Up Wasit Ahmed Dihujat 14 Ribu Netizen

"Kita patut bersyukur, perusahaan yang memproduksi makanan ringan, masih bisa survive di tengah badai pandemi Covid-19. Kenapa produk makanan masih bisa stabil, karena berkaitan dengan kebutuhan hidup manusia. Bahkan produk yang dihasilkannya pun tak hanya dipasarkan di kota dan daerah di dalam negeri, melainkan bisa tembus pasar dunia. Sampai di ekspor ke Asia maupun Eropa," tuturnya. 

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah