Denni melihat peristiwa banjir bandang yang terjadi di Sub-DAS Ciwidey itu, sekitar 2 persen dari luas DAS Citarum secara keseluruhan.
"Kejadian banjir bandang di DAS Ciwidey pada tahun 2022 ini, setelah sebelumnya sempat terjadi pada 2017 lalu. Jadi ada rentan waktu lima tahun, namun melihat fenomena kemarau basah yang sudah terjadi berturut-turut selama tiga tahun terakhir ini, kita harus mewaspadainya," katanya.
Perlu diketahui, kata dia, potensi banjir bandang itu, tak hanya disebabkan oleh kemarau basah yang menimbulkan luncuran air hujan yang sangat deras akibat alih fungsi lahan tersebut. Tetapi bisa pula karena rawannya potensi bencana longsor.
Baca Juga: Dana BOS Madrasah 2022 Tahap II Akhir Juli Cair, Masih Ada Dana DOS Madrasah Swasta Terblokir
"Kita pun mengapresiasi para penggiat lingkungan dari Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Bandung sudah melakukan antisipatif, terkait dengan memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat terkait dengan ancaman potensi gerakan tanah maupun ancaman banjir bandang," tuturnya.
Denni pun melihat adanya respon cepat dari Pemerintah Kabupaten Bandung dalam menghadapi potensi bencana banjir bandang maupun longsor.
Seperti diketahui respon Pemerintah Kabupaten Bandung itu, di antaranya penerbitan Instruksi Bupati Bandung No 2 tahun 2022 tentang Gerakan Pola Tanam Perlindungan dan Konservasi Hutan Lahan dan Daerah Resapan Air di wilayah Kabupaten Bandung.
"Respon lainnya pembentukan Tim Mitigasi Sub DAS Ciwidey, Pembentukan Tim Analisis Kebijakan Sub DAS Ciwidey, Pembentukan Tim Kolaborasi Sub DAS Ciwidey," pungkasnya. (neni mardiana)***