Keragaman Pencak Silat Sebagai Seni Adiluhung

- 5 Desember 2020, 09:00 WIB
KEMAHIRAN memainkan jurus pencak silat sekarang ini mulai kembali dikenalkan pada anak usia dini, meski baru sebatas gerak jurus belum sampai pada nilai filosofinya.
KEMAHIRAN memainkan jurus pencak silat sekarang ini mulai kembali dikenalkan pada anak usia dini, meski baru sebatas gerak jurus belum sampai pada nilai filosofinya. /Portal Bandung Timur/Heriyanto Retno/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Suara lengkingan dua tarompet kendang pencak yang ditiup terasa sangat memekakan telinga. Tapi diatas panggung seorang wanita berwajah ayu dengan rambut ikal panjang meningkahinya dengan kuda-kuda serta kepalan tangan yang siap dilayangkan.

Sorot mata tiba-tiba melotot dan tampak beringas memandang kesekeliling sudut panggung. Tubuhnya yang ramping mengendap-endap dengan posisi jari tangan hendak mencakar.

Begitu lawan ada dihadapan, tubuhnya seakan ringan langsung menerjang dan kedua kaki mengunci pada bagian leher. Suara lengkingan tarompet dan gemuruh pukulan kendang mempertegas setiap gerak jurus yang dimainkan saat antara sang wanita bergumul dengan lawannya.

Baca Juga: Permainan Tradisi di ‘Ngarumat Tradisi Huma’ yang Masih Terjaga

Gerakan selanjutnya, lawan langsung dihempaskan dengan posisi kaki tetap mengunci bagian leher lawan dan cakar menghujam kebagian dada. Lengkingan suara tarompet dan gemuruh kendang berganti dengan denting kecapi yang dimainkan perlahan.

Gerakan mengunci lawan dibagian leher dengan kedua kaki merupakan jurus pamungkas dari pendekar Si Macan Tutul dari Paguron Si Macan Tutul Bandung. Perkelahian antara pendekar Si Macan Tutul dalam mempertahankan panji paguron (perguruan atau padepokan), terekam dalam Sendra Pencak Silat yang digelar Masyarakat Silat Indonesia (Maspi), di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Kampus Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, sejak pagi hingga malam pada media akhir tahun lalu sebelum pandemi Covid-19 merebak.

Suguhan seni Pencak Silat dalam bentuk Sendra Pencak Silat (seni drama pencak silat) bukan hanya disuguhkan Paguron Si Macan Tutul Bandung. Ada 19 paguron dari Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Jogyakarta dan jawa Timur yang turut ambil bagian menampilkan Sendra Pencak Silat pada Festival Pencak Silat Indonesia.

Baca Juga: Rumah Budaya Rosid Alternatif Wisata Bernuansa Etnik

Selain gerak dan jurus macan yang ditampilkan Paguron Si Macan Tutul Bandung, penonton juga dibuat takjub dengan penampilan Jokotole Madura. Pesilat dari berbagai lapisan usia mempertunjukan jurus tangan kosong maupun menggunakan alat khas Madura berupa clurit, pecut dan tongkat.

Diantara suara gamelan pengiring, diatas panggung para pendekar mempertunjukan aksi perkelahian satu lawan satu atau secara berkelompok. Bukan hanya pukulan, tendangan maupun bantingan yang dilakukan secara nyata, tetapi juga penggunaan sejata clurit yang saat beradu satu dengan lainnya mengeluarkan percikan api dan bunyi pecut saat mengenai ruang hampa ataupun mengenai lantai.

Rasa takjub akan variasi gerak seni pencak silat dan juga rasa miris penonton tidak hanya saat menyaksikan pertunjukan Sendra Pencak Silat, Paguron Si Macan Tutul dan Jokotole. Pada puncak acara penonton menikmati keindahan gerak seni jurus Pencak Silat khas Cimande dalam kemasan Sendra Pencak Silat “Back to Talek” (kembali ke sumpah) hasil karya sutradara Wahdat MY dengan penata gerak silat Asep Gurwawan, sesepuh pencak silat yang selama ini lebih banyak berkiprah di luar negeri.

Baca Juga: Saung Teduh Lukis Tembok Jalan Bapa Ampi

“Back to Talek” berceritakan tentang keinginan dari sejumlah pendekar untuk kembali dan menegakan panji-panji perguruan. Mereka kembali bersumpah untuk menjalankan perintah dari guru pencak silat maupun tokoh alim ulama dan rakyat yang mengharapkan para pendekar menjadi penjaga dan mengayomi.

Dulu, Talek Cimande pernah begitu ditakutkan oleh para pendekar manapun, terutama mereka yang berniat jahat. Karena bila seorang pendekar sudah kembali kepada sumpahnya, maka apapun akan dilakukan guna menjunjung kebenaran.

Tidak sebarangan pendekar mendapatkan Talek Cimande. Karena untuk melakukan sumpah harus menjalani ritual cukup panjang setelah mendapat kepercayaan sang pendekar menjalani ritual keceran atau mendapat tetesan air kecer.

Baca Juga: Bandung Arts Festival Ditasbihkan Jadi Icon Event Seni Kota Bandung

Selain menampilkan Sendra Pencak Silat, pada Festival Pencak Silat Indonesia juga diselenggarakan seminar dengan pembicara anggota Ny. Popong Otje Djundjunan,  Prof. Endang Caturwati dan Wasekjen PB IPSI, Fahmi Wardi. Juga diselenggarakan Worshop yang menampilkan langsung sesepuh Pencak Silat Cimande (Ki Yudha Winata), Ki Daus (Sera), Wa Azis (Cikalong) dan lainnya. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x