Undang Undang Pemajuan Kebudayaan dan Program Sunda Masagi

- 14 Desember 2020, 05:00 WIB
KESENIAN tradisional Angklung yang masih tetap terjaga kelestariannya di Saung Angklung merupakan salah satu kesenian yang tidak hanya memberi warna Kota Bandung tetapi juga nama Indonesia di mancanegara.
KESENIAN tradisional Angklung yang masih tetap terjaga kelestariannya di Saung Angklung merupakan salah satu kesenian yang tidak hanya memberi warna Kota Bandung tetapi juga nama Indonesia di mancanegara. /Portal Bandung Timur/Heriyanto Retno/

Baca Juga: Dadang-Sahrul Sementara Unggul di 30 Kecamatan

Bahwa Program Bandung Masagi berbasis nilai nilai kasundaan silih asih, silih asuh, silih asah dan silih wawangi, menjadi bukti bahwa Kota Bandung benar-benar berusaha untuk menjadikan warganya bukan sebagai objek ilmu pengetahuan dan teknologi.

Melainkan berusaha untuk menjadikan subjek yang dapat menciptakan pengetahuan dan teknologi yang berpijak pada kearifan budaya serta berpijak pada nilai-nilai religi, kecintaan terhadap lingkungan, dan nilai-nilai integritas diri yang dibarengi dengan kecintaan terhadap negara agar memiliki karakter yang baik dan kuat sebagai warga.

Namun demikian, kepemilikan budaya belum sepenuhnya dapat menangkal itu semua, perlu penguatan agar budaya lokal tersebut benar-benar menjadi Pembina karakter penauutnya. Hal tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan gerakan Sunda Masagi, sebuah gerakan yang memadukan program Rebo Nyunda dan Bandung Masagi yang diimplementasikan melalui serangkaian penyelenggaraan budaya lokal melalui lembaga pendidikan.

Baca Juga: Setelah Penyu Belimbing dan Sisik, Giliran Populasi Penyu Hijau Terancam

Baca Juga: Nyantrik Seni Salah Satu Penyelamatan Seni Tradisi

Gerakan ini tidak hadir begitu saja melainkan hasil kajian melalui pandangan beberapa ahli salah satunya Thomas Lickona yang mengatakan bahwa apabila ingin memperbaharui masyarakat, maka mereka harus membesarkan generasi anak-anak dengan budaya yang kuat.

Meminjam teori Albert Bandura dalam bukunya “Self-efficacy : Toward a Unifying Theory of Behavioral Change, penulis ingin menegaskan bahwa prilaku manusia dalam hal interaksi terjadi secara timbal balik berkesinambungan antara manusia, perilaku, dan pengaruh lingkungan.

Hal tersebut mengindikasikan apabila lingkungan sudah ditata dan diatur sedemikian rupa (intervensi) untuk menyelenggarakan kearifan-kearifan lokal yang ada, selanjutnya tinggal membiasakan (habituasi) segala sesuatu yang ada dalam kearifan lokal tersebut melembaga dalam diri seseorang.

Baca Juga: Drama Korea Terbaru ‘Run On’ Akan Tayang 16 Desember 2020 di JTBC

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x