Siklus; Benih, Tanam, Tuai

- 1 November 2020, 16:43 WIB
PAMERAN seni rupa 'Siklus; Benih, Tanam,Tuai' di Thee Huis Galery Taman Budaya Jawa Barat merupakan interprestasi para perupa muda Jawa Barat dalam menterjemahkan kebudayaan masa kini.***
PAMERAN seni rupa 'Siklus; Benih, Tanam,Tuai' di Thee Huis Galery Taman Budaya Jawa Barat merupakan interprestasi para perupa muda Jawa Barat dalam menterjemahkan kebudayaan masa kini.*** /Heriyanto Retno/

PORTAL BANDUNG TIMUR.-

Kebudayaan adalah hal yang paling dekat pada diri setiap manusia, termasuk yang terdapat pada kelima perupa. Budaya dan kebudayaan diterjemahkan dengan berbagai sudut pandang, ada yang di terjemahkan melalui pandangan diri sendiri, lingkungan dan juga penglihatan atau pengamatan.

Dari kelima perupa, terjemahan terhadap budaya dan kebudayaan menjadi sistem yang bisa dimaknai sebagai ‘Siklus’.

Dalam sebuah siklus terdapat hal-hal yang sering kita lupakan padahal ‘Ia’ selalu berada dalam rangkaiannya, siklus nampaknya menjadi titik temu dari rangkaian konsep visual kelima perupa yang bisa dimaknai siklus tumbuh dalam budaya dan kebudayaan menurut sudut pandang perupa.

Baca Juga: Whatsapp ternyata bisa di akses lewat PC atau Laptop.

Siklus pada dasarnya adalah rangkaian peristiwa yang berulang-ulang dan teratur, tentu saja melibatkan waktu. Siklus kehidupan tidak lepas dari kata tumbuh’.  

Siklus tumbuh ini hadir dari benih, tanam serta tuai, siklus tumbuh ini dimaknai beragam sehingga keberagaman interpretasi itu menghadirkan visual serta bahasa rupa yang dirasa mampu mewakili kegelisahan setiap perupa dalam memaknai unsur benih, tanam serta tuai itu sendiri.

Karya Gigin mengangkat hal-hal kecil yang ada disekitar, tampak atau tidak tampak tidak akan selamanya menjadi kecil. Sebagai contoh, sebagaimana manusia dewasa yang melampaui fase anak-anak. Selalu ada hal yang menjadi perbincangan tentang usia belia, baik menurut dewasa ataupun obrolan imajinasi anak-anak.

Baca Juga: Residu, Keterpaksaan Jadi Kaum Urban

Pengamatan hal tersebut dilakukan Mulyana dalam kesehariannya, menjadikan figur anak-anak berperan besar dalam karyanya yang fokus pada kritik sosial dan isu alam. Melihat rangkaian peristiwa tersebut sekilas tampak seperti peristiwa linear, maka dari itu perlu keterbukaan terhadap pandangan yang lebih luas.

Salah satu siklus kehidupan yang banyak terjadi dialektika, konflik, keresahan adalah fase dewasa. Ucok VS mencoba membaca kebudayaan suburban dari segi sosial dan psikologi, mengamati aktivitas manusia dewasa pinggiran kota yang hampir setiap hari berangkat ke kota untuk bekerja, siklus yang disebabkan oleh perubahan struktur ekonomi.

Faktor ekonomi pula tak jarang membuat manusia memiliki rasa ketidaksadaran, keserakahan dan merasa benar. Hal ini bersebrangan dengan ideologi negara ini, yang dilihat dari sila pertama menegaskan bahwa masyarakat menganut kebudayaan ideasional jika dilihat dari teori Siklus Perubahan Sosio-budaya milik Pitirim A. Sorokin. Sifat “ketidaksadaran”, “keserakahan” dan “merasa benar” ini menjadi sorotan utama pada karya Jaya.

Baca Juga: Bandung Arts Festival #6, Tetap Digelar

Karya Fajar mengangkat topik yang dapat disebut tahap awal atau akhir sebuah siklus. Menjaga keseimbangan kehidupan dengan melepaskan benih baru, agar suatu hal tetap berjalan semestinya termasuk menjaga apa yang memang ada didalam bumi, termasuk keseimbangan dalam hidup bermasyarakat baik metropolitan maupun pedesaan.

Pameran Siklus; Benih, Tanam, Tuai’ dimaksudkan untuk kembali kita melihat bersama tentang apa itu siklus, khususnya siklus dalam intepretasi dan pandangan perupa yaitu siklus tumbuh (benih,tanam,tuai) yang hadir dari terjemahan budaya dan kebudayaan yang dilihat dari sudut pandang perupa, baik itu dari hal-hal kecil hingga pada tahap persoalan yang besar dan terlihat dalam keluarga atau sosial masyarakat. Selamat mengapresiasi.(Diyanto/Kurator Thee Huis Galery Taman Budaya)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah