PORTAL BANDUNG TIMUR
Sangat beruntung Kawasan Bandung Utara (KBU) memiliki Desa Mekarmanik yang lebih dari 50% luas wilayahnya atau lebih dari 600 Ha berupa hutan. Hal paling istimewa, hutan Arcamanik dan perkampungan penyangganya, masih menjalankan prinsip konservasi alam dan budaya Sunda.
Dalam ungkapan masyarakat Sunda, gunung teu meunang dilebur, lebak teu menang diruksak, larangan teu meunang dirempak, buyut teu meunang dirobah.
Gunung kaian, gawir awian, cinyusu rumatan, pasir talunan, lebak caian, sampalan kebonan, walungan rawatan, legok balongan, daratan sawahan, situ pulasaraeun, lembur uruseun, basisir jagaeun. Budaya Pasundan jadikeun pameungkeut pageuh karahayuan.
Baca Juga: Meninggal Dunia, Aktor James Bond Sir Sean Connery
Keberadaan infrastruktur kearifan lokal di sekitar hutan Arcamanik berupa : tingggalan peradaban pra sejarah mata air Cisitu Hyang, Situs purba Culamega, tinggalan sumber air kabuyutan Cikeling, tinggalan peradaban kerajaan Arcamanik di Bukit Ninimarak (temuan Patung Ciwa, Durga, alas oleh Van Verbeek), Pasangrahan atau parabonan Arcamanik yang dilengkapi ekstensi Leuweung karamat, 500 Ha hutan jejak kejayaan budidaya kopi blok Rasa Galor yang awal abad ke-19 Masehi pernah mendunia, serta masih membuminya nilai-nilai adat kesundaan dalam mentalitas warganya. Semua ini merupakan keistimewaan daya imun yang tidak ditemukan di Kawasan Konservasi Bandung Utara Lainnya.
Sungguh sangat layak, jika Kawasan Hutan Arcamanik dan perkampungan penyangganya dijadikan pemodelan tata ruang KBU berbasis konservasi kearifan lokal. Setidaknya ada 3 Konsep Leuweung :
Leuweung Tutupan