corRUPTure ; Fragmen, Teks, dan Asemblase

- 1 November 2020, 18:31 WIB
PAMERAN seni rupa ‘corRUPTure ;  Fragmen, Teks, dan Asemblase’ di Thee Huis Galery Taman Budaya Jawa Barat memamerkan karya Arti Sugiarti dan Deborah P. G. Ram Mozes, sebagai serangkaian momen dan sekumpulan peristiwa temporer.***
PAMERAN seni rupa ‘corRUPTure ; Fragmen, Teks, dan Asemblase’ di Thee Huis Galery Taman Budaya Jawa Barat memamerkan karya Arti Sugiarti dan Deborah P. G. Ram Mozes, sebagai serangkaian momen dan sekumpulan peristiwa temporer.*** /Heriyanto Retno/

Di sini kita melihat perempuan yang secara tidak senonoh mengangkang. (Mengapa ini tidak pantas? Bukankah dari situ kita semua berasal? Hendakkah kita melupakan yang melahirkan kita?) Sebuah semangka yang terpotong tergeletak tidak pada tempatnya.

Di sini kita melihat tubuh perempuan dalam pose yang canggung, tubuhnya terpilah, organ-organnya terpisah satu sama lain

Di sini kita melihat kesenian yang bukan “karya” karena setelah warna berhenti disapukan pada satu potong kanvas ia pindah ke kanvas lain, mengulang tindakannya yang sama dengan cara yang berbeda. Setelah pensil berhenti mengguratkan garis pada kertas, pisau datang menoreh. Lalu, kepingan-kepingan itu, yang menolak selesai, bertemu satu sama lain dengan berbagai cara, dari arah yang beragam, untuk, mungkin, sementara menjadi peristiwa.

Baca Juga: Workshop Gambar Model Pesona Mojang Priangan

Ironisnya, dalam setiap perjumpaan, sekecil apapun, selalu ada jarak, selalu ada rumpang. Sela ini dapat dikatakan titik temu, sebuah lokus justru karena absennya. Pada sebuah teks, dalam sebuah jalinan serat-serat, sela-sela ini adalah ciri utama. Celah-celah ini merupakan peluang. Penubuhan citra yang lahir dari Arti Sugiarti dan Deborah Ram Mozes ini penuh dengan sela-sela.

Julia Kristeva menyebutnya chora, ranah tempat beradanya yang tak terlihat dan tak terujar, yang tak sudi kita lihat dan tak sudi kita ujarkan. Ini tempat dibuangnya darah nifas dan haid dari ingatan dan perbincangan kita.

Namun, ini juga tempat perempuan menari dalam keheningan. Chora adalah wilayah chorus merapal mantra di tepi panggung, ruang koreografi menjelajah gerak. Chora adalah kehampaan menggigil genting di atastitian dibelah tiga belas. Ke situ beragam warna yang disapu Arti Sugiarti menyusup, dan ke situ pula garis-garis monokromatik yang ditarik Deborah Ram Mozes berlarian.

Baca Juga: Meninggal Dunia, Aktor James Bond Sir Sean Connery

Ini adalah momen genting. Pada saat ini kita semua terpaksa mengakui betapa rapuhnya kehidupan dan betapa rentannya tubuh kita. Kita kini senantiasa harus menyadari betapa tubuh kita, jaringan biologis ini, penuh celah-celah tempat kematian masuk dan menjadi bagian padu setiap helaan napas.

Namun, pada saat ini pula kita telah menciptakan ruang baru di atas dan di antara gelombang elektromagnetik. Kepingan-kepingan yang dihadirkan Arti Sugiarti dan Deborah Ram Mozes pun beranjak ke sana, dan menemukan cara berjumpa yang belum banyak dijelajah seniman lain. Semoga di sini dan di situ ditemukan momen mereka. Jika kita semua berkenan bergabung dengan mereka, ini adalah saat kita.(Ari J. Adipurwawidjana/Kurator seni rupa)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah