Kalis adalah tekstur yang harus didapatkan setelah pencampuran tepung beras dengan berbagai bumbu dan bahan lain dari pembuatan Comring. Rasa harum yang merebak diperoleh dari daun seledri yang diiris tipis dan ditaburkan, lalu sedikit anyir dari satu butir telur untuk menambah tekstur renyah setelah proses penggorengan.
Tipis bulat adalah bentuk biasa dari bentuk Comring yang tidak dikreasikan. Pada tahapan ini mulanya juga dilakukan secara tradisional, dimana hanya menggunakan bagian bawah dari mangkuk yang ditekan oleh kedua tangan pada adonan yang telah dibuat bulat-bulat kecil.
Baca Juga: Resep Brownies Kukus Simple dengan Bahan Sederhana
Bisik-bisik gosip ibu-ibu dalam tahapan ini sering kali terjadi karena pembuatannya dilakukan oleh beberapa orang untuk mempercepat proses pencetakan. Penggorengan yang masih menggunakan hawu alat tradisional semacam kompor membuat pembuatnya terkhusus para pemula merasakan kesusahan.
Apalagi dengan batang pohon bambu yang sering digunakan sebagai suluh atau kayu bakar yang digunakan. Membuat api susah diatur besar dan kecilnya.
Comring dengan proses tradisional pada pembuatannya yang berujung pada rasa mahal buatan tangan. Layaknya harus diapresiasi dan dipertahankan.
Baca Juga: Ingat Lengko Ayam Cigugur Pangandaran, Ingat Enin Onisah
Huru hara penggunaan tekhnologi yang berdampak pula pada proses pembuatan pangan menjadikan makanan tradisional lenyap tenggelam oleh kata dengan tekhnologi semuanya instan. “Tos seeur Comring nu nganggo alat-alat bantu anu sanes, tapi Comring nu didamel ku nyalira (tradisional) benteun raosna,” cerita Didah seorang pengrajin Comring.
Tampil berjajar rapih dalam toples-toples bening diatas meja kayu sering didapat pada momen hari besar islam. Comring dan hari raya idul fitri sepertinya menjadi couple makanan favorite yang sering disajikan.
Penikmat Comring yang bukan hanya masyarakat lokal menjadi salah satu alasan harus adanya pelestarian dan pengenalan produk untuk UMKM di daerah asalnya. (Nadia Saraswati)