PORTAL BANDUNG TIMUR – Memasuki bulan Ramadhan 1445 Hijriah Muslim di Inggris tidak hanya melakukan pemeriksaan label produk di supermarket, tetapi juga memeriksa negara dan perusahaan asal produk yang dijual.
Seperti halnya pada Ramadhan tahun ini Muslim Inggris untuk memastikan pembelian mereka halal melakukan pemeriksaan. Seperti halnya pada bulan Ramadan ini, untuk produk kurma yang dijual di supermarket Inggris mereka juga memeriksa di mana kurma ditanam.
Umat Muslim biasanya berbuka puasa dengan buah manis, mengikuti tradisi Nabi Muhammad. Tahun ini, dengan latar belakang perang di Gaza, umat Muslim Inggris enggan membeli kurma Israel.
Baca Juga: Pangeran Charles Naik Tahta, Lagu Kebangsaan Inggris Raya Berubah jadi God Save The King
Menurut statistik yang dirilis oleh Friends of Al-Aqsa atau FOA, sebagaimana dikutip dari Arab News, Selasa 12 Maret 2024, Inggris dilaporkan merupakan importir kurma Israel terbesar kedua di Eropa. Pada tahun 2020, mengimpor lebih dari 3.000 ton kurma dari Israel, bernilai sekitar £7,5 juta atau setara $9,6 juta,
Selama lebih dari 14 tahun, FOA telah memimpin kampanye boikot #CheckTheLabel untuk meningkatkan kesadaran konsumen yang tanpa sadar membeli kurma Israel. Kampanye ini berfokus pada umat Islam selama bulan Ramadhan – saat melonjaknya penjualan kurma Israel di Eropa.
Sebagai bagian dari kampanyenya, kelompok advokasi tersebut telah mendorong para imam di masjid-masjid setempat untuk mengatasi boikot dalam khotbah mereka selama bulan suci Ramadhan.
Baca Juga: Inggris Gelontorkan 4,2 Miliar Pounsterling Guna Membeli 3 Kapal Laut Antisipasi Rusia
“Masjid sangat penting selama Ramadhan untuk mendorong pesan persatuan dan mendorong masyarakat menjadi konsumen yang beretika. Kampanye ini selalu diterima dengan sangat baik. Tidak seorang pun ingin berbuka puasa dengan kurma Israel, dengan produk yang membantu mempertahankan pendudukan ilegal atas tanah curian,”terang Shamiul Joarder dari FOA.
Pendudukan ilegal Israel telah memaksa banyak warga Palestina bekerja di bawah kondisi yang merendahkan martabat di pertanian pemukiman.