Anna Hasbi, Pentingnya Menjaga Ukhuwah Islamiah Dalam Perbedaan

- 9 Maret 2024, 07:38 WIB
Perbedaan penetapan puasa di bulan Ramadhan kembali berbeda, kaum Muslimin diharap untuk mengedepankan sikap saling menghormati.
Perbedaan penetapan puasa di bulan Ramadhan kembali berbeda, kaum Muslimin diharap untuk mengedepankan sikap saling menghormati. /Pixabay/Yubusahmad/

PORTAL BANDUNG TIMUR – Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie mengatakan berkenaan dengan adanya perbedaan awal puasa Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi, Kementerian Agama mengimbau masyarakat untuk mengedepankan sikap saling menghormati terhadap perbedaan awal puasa Ramadan 1445 H/2024 M.  Dialog para pihak juga patut dikedepankan untuk bisa memahami dan saling berbagi informasi terkait argumentasi masing-masing dalam mengawali ibadah puasa.

“Puasa Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi di Indonesia dipastikan tidak diawali secara bersama-sama. Mayoritas umat Islam akan mengawali puasa Ramadan 1445 Hijriah pada 11 dan atau 12 Maret. Sebagaimana Majelis Tarjih Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah mengumumkan awal puasa Ramadan pada 11 Maret 2024. Sementara Pemerintah baru akan menggelar sidang isbat awal Ramadan 1445 H pada 10 Maret 2024. Sidang akan memutuskan apakah puasa Ramadan tahun ini akan dimulai pada 11 atau 12 Maret,” kata Anna Hasbie.

Baca Juga: Ini yang Harus Dipersiapkan Berpuasa di Bulan Ramadhan

Namun demikian, menurut Anna Hasbie ada juga kelompok jemaah yang sudah mulai puasa sejak 7 Maret 2024 lalu dan ada juga yang akan mulai berpuasa pada 10 Maret 2024, Minggu  esok hari “Kita hormati pilihan dan keyakinan umat Islam dalam mengawali puasa Ramadan 1445 H/2024 M. Sikap saling menghormati perlu dikedepankan dalam menyikapi perbedaan,”ujar Anna Hasbie, sebagaimana dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI, Sabtu 9 Maret 2024.

Ditegaskan Anna Hasbie, dalam semangat saling menghormati itu ruang dialog tetap harus dibuka. “Sebab, ilmu pengetahuan sudah semakin maju dan berkembang, termasuk terkait astronomi,” kata Anna Hasbie.

Penentuan awal bulan Hijriyah menurut Anna Hasbie, bisa didekati secara empiris melalui hisab dan atau rukyatul hilal, tidak semata berdasar keyakinan spiritual semata. Sehingga, argumentasinya juga ilmiah.  “Kemenag terus membuka ruang dialog dan diskusi terkait penentuan awal Ramadan. Dari situ diharapkan akan terjadi proses tukar informasi dan pemahaman terkait pilihan dalam mengawali puasa Ramadan,” kata Anna Hasbie.

Baca Juga: Awal Ramadhan Berpotensi Berbeda, Ini Edaran Menag Yaqut Cholil Qoumas

Muhammadiyah, misalnya, menetapkan Ramadan pada 11 Maret karena argumentasi hisab _wujudul hilal_. Pemerintah menggunakan pendekatan Hisab sebagai informasi awal dan Rukyatul Hilal sebagai konfirmasi.

“Bagaimana argumentasi awal Ramadan 1445 H pada 7 Maret atau 10 Maret? Kita bisa diskusikan agar bisa saling memberikan pemahaman,” sebut Anna.

Hal yang tidak kalah penting, menurutAnna Hasbie adalah bagaimana umat Islam mengisi syiar Ramadhan dengan tetap menjaga kekhusyukan dan kekhidmatan. Ikhtiar yang bisa dilakukan adalah dengan memedomani Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala. Misalnya, volume pengeras suara diatur sesuai dengan kebutuhan, dan paling besar 100 dB (seratus decibel).

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x