Potensi Bencana Alam Kabupaten Bandung Tinggi, Penyelamatan Nyawa Diutamakan

24 November 2020, 11:30 WIB
PENGURUS Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Bandung berfoto bersama seusai menggelar rapat koordinasi di Pos Gabungan Satgas Citarum Harum Sektor4/Majalaya, Jalan Stasion Majalaya. /Portal Bandung Timur/Neni Mardiana/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Wilayah Kabupaten Bandung memiliki potensi besar bencana alam yang harus diwaspadai setiap waktu, apalagi saat musim penghujan. Penyelamatan jiwa, khususnya pada kelompok usia rentan lebih diutamakan penyelamatan barang berharga.

Disampaikan Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Bandung Wewen Mulyadi saat melakukan dialog di Pos Gabungan Satgas Citarum Harum Sektor 4/Majalaya Jalan Stasion Desa/Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. 

“Kabupaten Bandung sangat rentan terhadap berbagai bencana alam, mulai dari ancaman bencana gempa bumi, banjir, longsor, gerakan tanah hingga angin kencang,” ujarWewen Mulyadi. 

Baca Juga: Ini, Lima Terobosan Seleksi Guru PPPK

Baca Juga: Di Garut , Imam Besar dan Imam Masjid Akan Dapat Gaji

Hingga kini menurut Wewen Muyadi, peringatan dini gempa bumi, banjir, longsor dan gerakan tanah belum ada untuk menyampaikan informasi dini itu kepada masyarakat.

"Yang baru ada yaitu terkait  dengan adanya ancaman banjir, itupun dalam pelaksanaan di lapangan merupakan diisinisiasi warga Majalaya,"  ujar Wewen Mulyadi.

Apalagi saat ini menurut Wewen Mulyadi, adanya informasi ancaman fenomena La Nina, yang menimbulkan peningkatan curah hujan antara 20-40 persen.

Baca Juga: 30.730 Kartu Tani Telah Disalurkan Pemkab Bandung

Baca Juga: Ada Keindahan Tersembunyi Di Banjaran Kabupaten Bandung

Karenanya menghadapi ancaman bencana banjir yang disebabkan fenomena La Nina jauh-jauh hari komunitas penggiat lingkungan dan relawan melaksanakan rapat koordinasi. 

Pelaksanaan rakor itu di antaranya  membahas fenomena La Nina. Rakor itu diinisiasi oleh warga dengan nonpemerintah. Setelah kita mengadakan rapat, Kabupaten Bandung turut meningkatkan status, yaitu status siaga bencana selama tiga bulan dari Nopember 2020 sampai Desember 2020," terang Wewen Mulyadi.

Dikatakan Wewen Mulyadi,  Pemerintah Provinsi Jabar telah menetapkan siaga bencana di seluruh Jabar selama enam bulan, terhitung bulan Nopember 2020 hinggai Maret 2021.

Baca Juga: Kesempatan, Guru Honorer Jadi PPPK

Baca Juga: Ruwatan Bumi, Menjaga Alam Melalui Tradisi

"Kita saat ini sedang memasuki siaga bencana, puncak musim hujan diperkirakan bulan Desember 2020," ujar Wewen Mulyadi.

Dikatakan Wewen Mulyadi, fenomena La Nina, berdasarkan informasi masuk dalam level sedang atau moderat. Namun demikian dalam menghadapi potensi La Nina itu, dengan melihat struktur aliran Sungai Citarum saat ini yang  sudah dinormalisasi dan masih banyak lahan yang terjadi alih fungsi lahan, tetap menjadi kewaspadaan.

"Kita pun tetap waspada melihat kondisi lingkungan di kawasan Rancaekek seluas 1.000 hektare diurug dan di atasnya yakni di kawasan Sumedang dikeruk lahannya untuk proyek pembangunan Tol Cisumdawu, melihat kondisi lingkungan seperti itu, kami khawatir disaat potensi curah hujan lebih tinggi, kawasan Rancaekek menjadi daerah yang rawan banjir,” ujar Wewen Mulyadi.

Apalagi dengan kondisi sedimentasi di Sungai Cikeruh Rancaekek semakin dangkal menurut Wewen Mulyadi, kemungkinan banjir besar akan terjadi. 

Baca Juga: Aneh, Perhatian Pemerintah Jawa Barat Pada Temuan Arkeolog

Baca Juga: Belajar Dari Pengalaman, Klopp Ogah Belanja pada Bursa Transfer Januari

“Makanya, kita khawatir di Rancaekek ancaman banjir akan semakin parah, kalau melihat kondisi lingkungan tersebut," tegas Wewen Mulyadi.

Karenanya menurut Wewen Mulyadi, kesiapsiagaan para relawan yang tergabung dalam Posgab Sektor 4 Satgas Citarum Harum  bukan hanya memantau potensi ancaman bencana alam yang terjadi di Majalaya, Paseh, Solokanjeruk, Ibun, dan Pacet.

"Kita juga akan menjangkau kawasan Rancaekek yang saat ini dikhawatirkan menjadi kawasan daerah rawan bencana banjir karena faktor lingkungan yang mengalami kerusakan," jelas Wewen Mulyadi.

Baca Juga: Perburuan Tanda Tangan Erling Haaland

Baca Juga: Dominik Szoboszlai Diincar Arsenal

Hal senada dibenarkan penggiat lingkungan lainnya, Edy Rahayu tentang perlunya pencegahan dini menghadapi bencana alam, di antara gempa bumi, banjir, longsor, gerakan tanah dan angin kencang.  "Minimal harus ada edukasi kepada masyarakat,” kelas Edy Rahayu.

Dikatakan Edy Rahayu, pemerintah bisa mengedukasi kepada masyarakat terkait kewaspadaan dini tersebut. Untuk itu,  fungsi pemeirntah membuat regulasi anggaran, dan keberpihakan pemerintah kepada masyarakat. 

Ditegaskan Edy Rahayu, perlu ada kesiapsiagaan kepada masyarakat terkait bencana. "Partisipasi masyarakat sudah ada, tinggal pemerintah," pungkas Edy Rahayu. (neni mardiana)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler