Peningkatan Kasus Covid-19 di Kabupaten Bandung Tak Ada Korelasinya Dengan Pariwisata

- 20 November 2020, 17:21 WIB
KEPALA Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung saat memberikan keterangan pada Portal Bandung Timur terkait kondisi pariwisata Kabupaten Bandung ditengah kembali meningkatnya kasus Covid-19.
KEPALA Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung saat memberikan keterangan pada Portal Bandung Timur terkait kondisi pariwisata Kabupaten Bandung ditengah kembali meningkatnya kasus Covid-19. /Neni Mardiana/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Dalam sepekan terjadi peningkatan risiko penularan pandemi Covid-19 di sejumlah wilayah di Kabupaten Bandung. Peningkatan kasus Covid-19 sama sekali tidak ada korelasinya dengan pariwisata. 

"Harus dipahami dulu, status risiko penularan virus corona itu. Seolah seluruh Kabupaten Bandung masuk status merah dalam peningkatan kasus Covid-19, berrdasarkan laporan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pada saat rapat Gugus Tugas kemarin, peningkatan kasus terjadi di pesantren, industri dan keluarga jadi tidak ada korelasinya  dengan pariwisata," jelas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan  Kabupaten Bandung H. Yosep Nugraha kepada wartawan Hotel Puri Khatulistiwa Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

Hal tersebut dijelaskan Yosep terkait pelaksanaan bimbingan teknis produk wisata alam, budaya dan buatan dengan penerapan protokol kesehatan CHSE (cleanliness, health, safety and enviromental sustainability) pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang dilaksanakan di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor Kabupaten Sumedang, Kamis ini. Padahal sebelumnya, kegiatan serupa dilaksanakan di Soreang Kabupaten Bandung. 

Baca Juga: Analisis Hukum Dibalik Sebuah Video Porno Pribadi

Baca Juga: Tips Menjadi Smart Buyer di Market Place

Ditegaskan Yosep, dalam status peningkatan status pandemi Covid-19, tidak ada istilah zona merah. "Yang dimaksud itu, adanya peningkatan kasus itu dengan risiko tinggi itu masuk warna merah," jelas Yosep.

Dikatakan Yosep, status merah itu di skala mikro, yaitu terjadi peningkatan kasus pandemi Covid-19 pada klaster peningkatan kasus di pesantren. 

"Maka di lingkungan pesantren harus disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Dengan adanya peningkatan kasus itu, tak serta merta ke sektor lain. Sampai saat ini, usaha pariwisata berjalan normal," ungkapnya.

Baca Juga: Tips Membedakan Ponsel Resmi dan Bukan

Baca Juga: Seven Knight 2 Telah Rilis di Korea 

Diingatkan Yosep, masyarakat disaat terjadi risiko penyebaran kasus pandemi Covid-19 tinggi, kewaspadaan harus ditingkatkan dan protokol kesehatan ditingkatkan. Mobilitas orang tak bisa dideteksi satu persatu. Sementara saat ini di Kabupaten Bandung telah terjadi perubahan status risiko tinggi menjadi merah dari warna kuning. 

"Dengan adanya peningkatan status itu, bukan menutup ekonomi dan aktivitas ekonomi harus tetap berjalan. Tetapi meningkatkan protokol kesehatan, selain peningkatan disiplin," ujar Yosep.

"Kegiatan bimtek dengan melibatkan para pelaku usaha terutama UKM kreatif, kita ingin mengoptimalkan kebersihan, kesehatan, keamanan berkelanjutan di lingkungan obyek  pariwisata," ungkapnya.

Baca Juga: Wakil Bupati Kuningan Lepas Angkatan Pertama Program 3 in 1

Baca Juga: Diciptakan, Kampung Tematik Sukatani

Ia mengatakan, para wisatawan itu tertarik dengan destinasi wisata dari kondisi keunikannya atau keanehannya. Namun di masa pandemi Covid-19 ini, para wisatawan juga mengutamakan keamanan, kesehatan, kebersihan di lokasi wisata. 

Untuk meningkatkan protokol kesehatan di kawasan wisata itu, pemerintah sudah enam kali melaksanakan sosialisasi kepada para pelaku usaha wisata. "Dengan harapan mereka memiliki komitmen yang kuat dalam pengelolaan destinasi wisata dengan tetap memerhatikan kebersihan, kesehatn, keamanan kepada para wisatawan yang datang. Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, dunia usaha produktif dan kunjungan wisatawan tak terganggu," ungkapnya. 

Yosep pun melihat, destinasi wisata di Kabupaten Bandung, para pelaku usahanya sudah bagus dalam pengelolaan wisata, khususnya dalam penerapan prokes.

Baca Juga: Tunjukan Surat Rekomendasi Puskesmas, Wisma Makara UI Siap Tampung Pasien Covid-19

Baca Juga: TP-PKK Menggali Potensi Produk UMKM Sukmajaya

"Ketika masuk kawasan wisata, mereka mencuci tangan, pakai masker dan jaga jarak. Pengunaan masker merupakan kewajiban individu, setiap warga wajib memakai masker," ujarnya. 

Ia juga berharap kepada Dinas Perhubungan dan Kepoisian untuk melakukan pengawasan kepada para wisatawan yang menggunakan mobil terbuka, khusunya para wisatawan yang merupakan keluarga. 

"Di perjalanan, pengamatan saya masih ditemukan orang berkerumun," katanya. 

Ia mengatakan, sampai saat ini di sektor pariwisata belum ada klaster. Jika terjadi hal yang tak diharapkan akan berdampak pada ekonomi. 

Baca Juga: Uu Kusmana Jadi Ketua PABERSI, Abidin Drajat Jadi Ketua PBFI Kabupaten Kuningan

Baca Juga: Presiden Menghimbau Pemerintah Menggunakan Produk UMKM

Yosep pun berharap kepada para pengelola pariwisata untuk menggunakan sistem online dalam pembayaran masuk ke lokasi wisata. Hal itu untuk mengurangi penularan pandemi Covid-19, selain mengurngi kerumunan di lokasi masuk destinasi wisata.

"Untuk mengurangi kerumunan, setiap destinasi wisata harus ada satgas internal untuk melakukan pengawasan. Yang jelas di lokasi destinasi wisata harus membentuk satuan tugas protokol kesehatan, selain di hotel maupun restoran. Hal itu untuk memaksimalkan pengawasan, bukan hanya dilakukan dinas saja," ungkpnya. 

Yosep mengatakan disaat pandemi Covid-19 ini, dunia pariwisata tak boleh mati karena akan berdampak sangat besar terhadap transfortasi, akomodasi, hotel, pertanian, kuliner dan perdagangan, serta ekonomi kreatif. (neni mardiana)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x