Hajat Huluwotan, Tradisi Turun-temurun Memelihara Mata Air Masyarakat Gabung Kabupaten Bandung

- 3 Juni 2021, 09:00 WIB
Masyarakat Gambung, Desa Mekarsari Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung menggelar tradisi Hajat Huluwotan yang dilakukan secara turun temurun sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan air sebagai sumber kehidupan.
Masyarakat Gambung, Desa Mekarsari Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung menggelar tradisi Hajat Huluwotan yang dilakukan secara turun temurun sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan air sebagai sumber kehidupan. /Foto : Istimewa

PORTAL BANDUNG TIMUR - Keberagaman tradisi budaya di Indonesia, memiliki masing-masing keunikan tersendiri. Dari sekian banyak tradisi adat dan budaya, di Kabupaten Bandung bagian selatan Hajat Huluwotan di hadir dengan segala keunikan dan kekhasannya.

Hajat Huluwotan merupakan upacara adat tahunan yang biasa diselenggarakan masyarakat Gambung, Desa Mekarsari Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung sebagai salah satu bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Atas anugerah air yang telah diberikan kepada masyarakat Gambung dengan membersihkan sumber air yang dilakukan masyarakat Gambung.

Upacara huluwotan, kegiatan ritual yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali, tepatnya setiap bulan Silih Mulud atau bulan Rabiul Akhir dalam kalender Islam. Dalam hal ini tidak ada ketentuan khusus yang mengatur tanggal dan hari pelaksanaan upacara Huluwotan, yang penting tidak melebihi bulan Silih Mulud.

Baca Juga: Ratusan Rumah di Desa Panyadap Solokanjeruk di Terjang Banjir Bandang  

Upacara ini merupakan satu bentuk nazar leluhur, yang pada saat itu masyarakat Kampung Gambung mengalami kesulitan air bersih. Dipimpin oleh sesepuh kampung, masyarakat bersepakat untuk membangun solokan atau saluran air yang panjangnya kurang lebih 2 kilometer mulai dari huluwotan atau mata air di kaki Gunung Geulis sampai ke permukiman warga.

Menurut Muhammad Ramdan, pria 26 tahun warga asli Gambung menuturkan bahwa sesepuh tersebut bernama Abah Apung, beliau yang pertama kali melaksanakan atau melakukan ritual hajat huluwotan. Dalam nazarnya dia pernah mengatakan bahwa kalau air sudah mengalir ke daerah Gambung, maka akan digelar kesenian dan syukuran.

Kemudian munculah penerus Abah Apung yang juga ikut berperan penting dalam digelarnya hajat Huluwotan ada Ki Madhayi, Ki Sholeh, dan Bah Jamrong. Hingga kini mata air ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar dan memiliki arti penting bagi masyarakat untuk mengairi lahan pertanian juga digunakan untuk keperluan dan kebutuhan sehari-hari seperti untuk mencuci, mandi, dan memasak.

Baca Juga: Hanya 10 Hari, Kebon Binatang Bandung Merugi Rp1.5 Miliar

Untuk memenuhi persiapan dan perlengkapan upacara ritual Hajat Huluwotan, warga melakukan persiapan dari jauh-jauh hari sebelumnya. Sebagai salah satu bentuk dari persiapannya warga Kampung Gambung membentuk kepanitiaan, hal ini bertujuan agar pelaksanaan upacara berjalan dengan lancar.

Berbagai persiapan lainnya diantaranya dengan membersihkan sumber air atau Huluwotan dengan bergotong-royong yang akan dijadikan tempat ritual upacara tersebut. Setelah dibentuk kepanitiaan, diadakan rapat pertemuan antara juru kunci, tokoh masyarakat, ketua RT, dan ketua RW untuk membahas berbagai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara huluwotan.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah