BUMDes Sunar Harapan, Pamer Karya Rota Masyarakat Leuwilaja

- 9 Oktober 2021, 07:09 WIB
Pengunjung melihat karya seni rotan buatan masyarakat Leuwilaja yang dipamerkan di  Thee Huis Gallery, Taman Budaya Jawa Barat, yang akan berlangsung 4 hingga 9 Oktober 2021.
Pengunjung melihat karya seni rotan buatan masyarakat Leuwilaja yang dipamerkan di Thee Huis Gallery, Taman Budaya Jawa Barat, yang akan berlangsung 4 hingga 9 Oktober 2021. /Portal Bandung Timur/may nurohman/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Mengalami rotan, merangkai paradigma kehidupan mengalami rotan sebagaimana dihayati sebagian besar masyarakat Leuwilaja adalah salah satu cara dalam memaknai kehidupan. Apa yang ditunjukkan melalui keterampilan mengolah dan menganyam material rotan bukanlah sekadar menguasai keterampilan dalam menghasilkan produk belaka.

“Hal ini pula yang dilakukan masyarakat Leuwilaja, Kecamatan Sindawangi, Kabupaten Majalengka jauh sebelum mengenal  perajin anyaman rotan, lebih dahulu terkenal sebagai perajin anyaman bambu yang andal. Transformasi teknik terkait pergeseran dari material anyaman bambu ke pengolahan rotan telah berkembang sejak paruh tahun 1980,” jelas Diyanto, kurator seni Taman Budaya Jawa Barat, terkait pameran produk kau rotan  masyarakat Leuwilaja, Kecamatan Sindawangi, Kabupaten Majalengka bertajuk ‘Erfahrung Rattan’.

Pameran diselenggarakan di Thee Huis Gallery, Taman Budaya Jawa Barat pada tanggal, 4 hingga 9 Oktober 2021. Pameran dinisiasi Tim Kampung Berseri Astra–UNPAR bekerjasama dengan perupa Majalengka (PEKA) dan Carvala mendorong Bumdes Sunar Harapan.

Baca Juga: Penampakan Wanita Berbaju Merah di Cipacet Sumedang, Inilah Ceritanya

Dikatakan Diyanto, dimasa kini, terutama ketika seni modern telah dianggap gagal dalam menuntaskan projek pencerahan (aufklarung), konsep mengenai objektivitas, nilai universalitas dan kemutlakan yang disakralkan seni modern telah dianggap pudar.

“Cara berpikir kritis dan konsep postmodern, meski telah usang juga, nampak memberi pengaruh kuat dalam mendeskripsikan ulang praktik seni saat ini. Di satu sisi, perkembangan seni di masa kini  nampak kian problematis karena segala aktifitas dalam kehidupan kini dapat disebut seni, namun di sisi yang lain perkembangan ini merupakan peluang terbuka bagi kategori keterampilan atau keunikan terkait keahlian tertentu untuk menegaskan dirinya di medan seni saat ini,” ujar Diyanto.

Dalam paradigma seni modern yang cenderung memilah tegas mana yang dianggap ‘seni tinggi’ dan ‘seni rendah’, menurut Diyanto, eksistensi hasil kreasi anyaman rotan niscaya ditempatkan hanya sebatas kerajinan. Fungsinya untuk memperindah suasana, mempertinggi harga diri, dan meningkatkan harga jual dalam konteks pelengkap hunian.

Baca Juga: WHO Rekomendasikan Vaksin Malaria Pertama di Dunia, Kematian Bisa Dikurangi

Dalam situasi kontemporer, peran dan makna kerajinan atau keterampilan (craftmanshipt) telah mengalami pergeseran yang signifikan sejalan dengan pudarnya batas-batas (territorial) seni dan bukan seni.  Sejak seni modern dianggap telah kehilangan misteri dan pesonanya, maka wilayah seni kini memperlihatkan watak yang berbeda.

“Tumpang tindihnya batas-batas antara seni dan bukan seni, selain memperlihatkan tegangan paradoksal yang menarik untuk terus dikaji, baik dalam pengertian permukaan atau kedalaman maknanya, menciptakan pula polemik dalam realitas kongkretnya hari ini, di mana keterampilan dalam mengolah bentuk atau imaji terkait esensi material tertentu pada dasarnya mencerminkan pula upaya mengubah kenyataan alamiah ke arah pola dasar dunia manusiawi atau paradigma hidup,” pungkas Diyanto. (may nurohman)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah