Terebang Rudat Toleransi Agama Islam dan Kebudayaan Daerah

- 1 November 2020, 15:35 WIB
SALAH satu kelompok kesenian Terebang Rudat dari Dusun Wage, Desa Kaliaren Kec. Cilimus Kab. Kuningan ditampilkan UPTD Pengembangan Kebudayaan Daerah Jawa Barat beberapa waktu lalu.***
SALAH satu kelompok kesenian Terebang Rudat dari Dusun Wage, Desa Kaliaren Kec. Cilimus Kab. Kuningan ditampilkan UPTD Pengembangan Kebudayaan Daerah Jawa Barat beberapa waktu lalu.*** /Heriyanto Retno/

“Hal yang patut diteladani dari ajaran Islam yang disebarkan oleh Syeh Syarif Hidayatullah di Kuningan adalah Islam mampu seiring sejalan dengan budaya setempat. Seperti saat raja Kuningan Seuweukarma mempimping dimana Sanghiyang  Darma dan Sanghiyang Riksa saling berdampingan. Dan itu terjadi hingga kini,” terang Kuwu Kali Aren, H. Didi Sadiry.

Salah satunya adalah kesenian Terebang Rudat, yang hingga saat ini menjadi kesenian wajib yang harus ditampilkan setiap perayaan ataupun peringatan keagamaan. Seperti kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada Kamis 29 Oktober 2020, namun hingga kini tradisi Muludan disejumlah pesolok daerah masih berlangsung.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Pariwisata di Bali Kemenparekraf Lakukan Revitalisasi

Memang sejak Desa Kali Aren mentasbihkan diri sebagai Desa Budaya, kesenian Terebang Rudat, tumbuh bak jamur dimusim hujan. Kesenian yang sudah ada sejak masa pemerintahan Islam menyebar di Kuningan dan dijadikan sarana syiar agama Islam di Kabupaten Kuningan, khususnya Kecamatan Cilimus sangat mudah ditemui hampir di setiap pedusunan.

Kesenian yang berisikan doa, pujian dan kisah Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya, yang awalnya tumbuh berkembang di pesantren, di masyarakat Kuningan mengalami perkembangan dan pergeseran menjadi sarana hiburan.

Syair nadhom dalam kitab Iqd al-Jawahir (kalung permata)yang lebih dikenal Al-Barzanji atau Berzanji, tidak lagi hanya dipertunjukan pada waktu tertentu berdasar kalender Islam seperti Muludan, menjelang dan sesudah Idul Fitri dan Idul Adha, ataupun tradisi masyarakat. Tapi kesenian Genjring atau Terebang Rudat juga ditampilkan dalam acara seremonial yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat.

Baca Juga: Pembangunan RSUD Dr Soedarso Diapresiasi Sekjen Kementerian Kesehatan

Seperti pada kegiatan yang diinisiasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat melalui UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat, beberapa waktu lalu, kesenian Genjring Rudat yang disuguhkan merupakan dalam konsep menghibur.

“Ini yang menjadikan kami (UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat) untuk menampilkan kesenian rudat nantinya dalam bentuk virtual yang ditayangkan disejumlah media daring, karena konsep pertunjukannya yang disuguhkan sangat berbeda dan cukup menghibur,” ujar Kepala Seksi Pertunjukan Seni Budaya, Iwan Gunawan.

Namun meskipun pertunjukan pada malam itu hanya untuk pengambilan gambar dengan menerapkan protokol kesehatan, tapi antusias masyarakat tidak dapat ditahan. Masyarakat dari berbagai lapisan usia berdesakan ingin menyaksikan. Sebuah peristiwa budaya sangat langka dimana pertunjukan seni tradisi masih sangat diapresiasi oleh masyarakat sebagai pemiliknya.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah