Nasib Seni Budaya Tradisional Jawa Barat Sulit Bergeming

- 14 November 2020, 11:30 WIB
KESENIAN Wayang kulit Indramayu saat dipentaskan UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat di Gedung Kesenian Rumentang Siang Jalan Baranang Siang Kosambi Bandung beberapa waktu lalu.
KESENIAN Wayang kulit Indramayu saat dipentaskan UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat di Gedung Kesenian Rumentang Siang Jalan Baranang Siang Kosambi Bandung beberapa waktu lalu. /Heriyanto Retno/

Mendapat perlawanan tidak berimbang pasukan ABDACOM pimpinan Laksamana Muda Karel Doorman tidak mampu memberikan perlawanan. Bahkan sejarah mencatat lebih dari 2.300 pasukan sekutu yang tergabung dalam ABDACOM tewas, termasuk Laksamana Muda Karel Doorman yang berada diatas kapal Hr. Ms. De Ruyter.

Namun cerita yang berkembang dimasyarakat Indramayu bukan peristiwa heroik pertempuran Laut Jawa yang dimenangi pasukan Jepang. Pasca pertempuran dimana sehari setelah pertempuran dilautan Jawa, tepatnya pada 1 Maret 1942, ada 5000 orang pasukan Kekaisaran Jepang mendarat di Pantai Eretan Indramayu.

Baca Juga: Jangan Lengah, Wabah Corona Belum Berakhir

Dalam kondisi kelelahan dan kekurangan makanan mereka mengambil harta benda yang dimiliki oleh rakyat. Bukan hanya dengan cara memaksa, tetapi juga dengan disertai kekerasan, terutama oleh 3000 orang pasukan Jepang yang akan meneruskan perjalannan ke Subang untuk menduduki Lapangan Terbang di Kalijati.

Dalam ingatan sejumlah pelaku seni tradisional, peristiwa 77 tahun lalu tersebut masih sangat membekas. Dimana keberingasan tentara Jepang bukan hanya ke harta benda, tetapi juga titinggalan budaya tradisional berupa perangkat gamelan, wayang, topeng (kedok) hingga pakaian dimusnahkan.

Ada banyak budaya titinggalan yang dijaga dan sudah ratusan tahun di pelihara dirusak. Bahkan untuk sekedar bebarangan Nopeng (mengamen mennari topeng), pada masa pendudukan Jepang, dilarang.

Baca Juga: Gugus Tugas Covid-19 Kota Bandung Diperintahkan Bersikap Tegas

Sebagaimana yang dialami Dalang Topeng Lastra dari Slangit Indramayu (ayah Mimi Rasinah), Mama Taham Topeng Tambi (ayah Mimi Wangi Indriya) dan banyak lagi, mereka pernah merasakan kebringasan tentara Jepang.

Kenapa yang menjadi sasaran para dalang topeng? Ada banyak alasan pasukan Jepang sangat memusuhi para dalang topeng. Selain karena berlatarbelakang kesenian sarana penyebaran agama Islam, para dalang topeng juga dicurigai sebagai mata-mata Belanda atau tentara Republik Indonesia.

Nasib para dalang di Indramayu, bahkan di Subang, Cirebon hingga Majalengka dan Kuningan, semakin memburuk manakala Belanda dan Sekutu melakukan Agresi Militer Belanda II yang dikenal dengan nama Operatie Kraai pada Desember 1948.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah