Nasib Seni Budaya Tradisional Jawa Barat Sulit Bergeming

- 14 November 2020, 11:30 WIB
KESENIAN Wayang kulit Indramayu saat dipentaskan UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat di Gedung Kesenian Rumentang Siang Jalan Baranang Siang Kosambi Bandung beberapa waktu lalu.
KESENIAN Wayang kulit Indramayu saat dipentaskan UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat di Gedung Kesenian Rumentang Siang Jalan Baranang Siang Kosambi Bandung beberapa waktu lalu. /Heriyanto Retno/

Baca Juga: Kasus Covid-19 Terus Naik, Bandung Kulon Masih Tetap Tertinggi

Pada masa itu, kelengkapan berkesenian para pelaku seni disita dan dihancurkan, bahkan tidak segan-segan tentara Belanda membunuh seniman dengan tuduhan sebagai mata-mata, sebagaimana yang dialami sejumlah dalang Topeng dan dalang Wayang, diantaranya dalang Topeng Lastra ayah Mimi Rasinah.

Nasib para dalang berserta seniman lainnya semakin lebih buruk manakala merebaknya organisai komunis PKI dengan mendirikan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) pada 17 Agustus 1950. Setiap pelaku seni budaya harus turut bergabung dalam Lekra dengan sanksi bila tidak bergabung akan diculik dan tidak diketahui rimbanya.

Hal ini tentunya menjadi simalakama bagi para pelaku seni budaya di daerah pada masa itu. Bila ikut jadi anggota akan berhadapan dengan pemerintah RI, bila tidak ikut akan berhadapan dengan gerombolan.

Baca Juga: Komunitas Sero Cibeureum, Jaga Sungai Cibeureum Sejak 2016

Mirisnya menurut Toto Amsar, kondisi dimusuhinya para pelaku seni budaya tradisional di daerah tidak hanya pada masa invasi tentara Jepang ke tanah Jawa, pada masa Agresi Militer Belanda II, serta pada masa Pemberontakan PKI.

 “Tapi kondisi dicurigai, dimusuhi hingga berbuntut seniman dan budayawan dijebloskan ke penjara terjadi pasca pemberontakan PKI, ratusan bahkan ribuan seniman budayawan dijembloskan ke penjara dengan tuduhan sebagai anggota Lekra pada masa Orde Lama hingga awal Orde Baru,” ujar Toto Amsar pada Dialog Budaya, “Setelah Jadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Akan Dibawa Kemana Seni Budaya Tradisional Jawa Barat”.

Padahal, sejak awal kehadiran ditanah Jawa khususnya pesisir pantai utara, para wali menjadikan seni budaya sebagai media dakwah menyebarkan agama Islam. Pada abad 15M sekitar tahun 1470, tari Topeng, Wayang Kulit, Wayang Cepak dan lainnya dijadikan Raden Syahid atau Sunan Kalijaga dan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai tontonan (hinburan) juga tuntunan (media syiar Islam).

Baca Juga: 2.628 Video Ikuti KOSN Pendidikan Dasar 2020

Awlananya berkembang di Cirebon sebagai pusatnya. Untuk kemudian dibawa dan disebar ke Majalengka, Kuningan, Indramayu dan Subang.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah