PORTAL BANDUNG TIMUR – Siapa sangka dari tangan masyarakat di Kampung Panyandaan, Desa Mandala Mekar, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung telah melahirkan banyak maha karya seni yang tersebar hampir diseantero Nusantara. Karya-karya seni yang berupa pahatan relief berbahan tembaga, kuningan dan perunggu, menjadi ornament penghias dan menciptakan kemegahan gedung maupun bangunan.
Ada banyak masyarakat yang tidak mengetahui perkampungan yang berada di kawasan perbukitan Bandung Utara, yang jaraknya tidak lebih dari 3 kilometer dari Terminal Bus Cicaheum. “Pada masa lalu masyarakat Panyandaan tidak beda jauh dengan masyarakat umumnya yang tinggal dikawasan perbukitan Cimenyan dan Cilengkrang, bercocok tanam ketela pohon untuk kebutuhan tepung ketela bahan roti warga Belanda dan Eropa di Kota Bandung, bahkan di Batavia (Jakarta),” terang Amin (71), salah seorang sesepuh warga Panyandaan.
Hasil ketela pohon (singkong) kualitas bagus menurut Amin dikirimkan warga ke pabrik tapioca di daerah Cibiru. Sementara sisanya dipergunakan warga untuk membuat gaplek dan peuyeum ketela. “Hingga saat ini Cimenyan dikenal sebagai penghasil utama Peuyeum Bandung,” ujar Amin.
Baca Juga: Pameran Seni Rupa Karya Komunitas Taman Kota, Lewat Ide Mengalir Bak Air
Seiring dengan perubahan yang terjadi, memasuki masa pemberontakan (PKI dan DI/TII) wilayah perbukitan banyak dijadikan persembunyian karena banyak menghasilkan kebutuhan bahan pokok warga Kota Bandung. Terhadap hal tersebut banyak warga yang memilih mengungsi dan mereka yang bertahan lebih memilih menanam singkong dan umbi-umbian.
Setelah pemberontak dapat ditumpas, banyak warga yang kembali ke perbukitan untuk kembali bercocok tanam. “Namun karena minim pengetahuan warga yang kembali dari merantau ke perkotaan tidak mampu kembali bekerja dikebun atau sawah dan menjual tanah ke pemilik pabrik, dan hingga kini masyarakat lebih banyak sebagai penggarap,” terang Amin.
Kehadiran karya Galeri Seni Pernawa di Kampung Panyandaan, Desa Mandala Mekar, Kecamatan Cimenya Kabupaten Bandung menjadikan nama Kampung Panyandaan jadi dikenal sebagai gudangnya pengrajin batu yang selama ini banyak dikenal. Tetapi juga kriya bambu dan juga kini kriya berbahan logam.
Salah satu karya monumental adalah lenticular panel burung phoenix yang menghiasi Museum Batik Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah. Lenticular panel yang bila dilihat dari sisi kiri maka akan tanpak motif batik burung phoenix atau burung hong dengan latarbelakang motif Kawung. Di sisi kanan akan tampak motif Sawunggaling dan Parang.
Bukan hanya lenticular panel burung phoenix saja yang menjadi ornament penghias Museum Batik Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah. Tapi ada juga artwork signage berupa coin berukuran 2,5 meter dengan gambar pembatik yang tengah membatik menggunakan canting dengan motif kawung serta tumpal batik Cerbonan.
Sementara di bagian artwork lobby Museum Batik Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah yang diresmikan pada 2 Oktober lalu, tergantung lilitan berbahan tembaga seperti lilitan kain sepanjang 40 meter dengan 20 motif batik ikon sejumlah daerah.
Bukan hanya ornament dan relief di Museum Batik saja yang sudah kelar dikerjakan. Beberapa museum, seperti Galeri Koleksi Percandian Bumiayu Sumatera Selatan, Museum Tenun Cual di Pangkal Pinang, Galeri Pamer di Benteng Fort Marlborough Bengkulu, Munasain Bogor dan lainnya juga mendapat sentuhan Galeri Seni Pernawa.***