PORTAL BANDUNG TIMUR - Hari ini, Kamis 20 April 2023 bertepatan dengan tanggal 29 Ramadan 1444 Hujriah. Bilamana pemerintah dalam sidang isbat menyatakan hilal pertanda awal bulan Syawal1444 telah tampak, maka ibadah puasa di bulan Ramadan akan berakhir, namun hilal belum maka berpuasa digenapkan menjadi 30 hari.
“Setidaknya ada dua hadis shahih, sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan MUslim dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam bersabda yang artinya, “Jika kalian melihat hilal (Ramadhan) maka berpuasalah. Dan jika kalian melihat hilal (Syawal) maka berhentilah puasa. Dan jika mendung genapkanlah 30 hari,” ujar Ustad Didi Saefulloh seorang pemuka agama di Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung mengutip hadist riwayat Bukhari dan Muslim terkait dengan dalil jumlah puasa di bulan Ramadan.
Terlepas jumlah hari di bulan Ramadan dan puasa yang dilaksanakan di bulan Ramadan, diakhir puasa di bulan Ramadan sering muncul pertanyaan. “Apakah sudah benar puasa kita ?, Apakah amal ibadah puasa kita diterima dan akan mendapatkan ganjaran berilipatganda dai Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Dan banyak lagi tertanyaan akan keraguan akan nilai dan kualitas puasa yang kita jalani selama bulan Ramadan,” ujar Ustad Didi Saefulloh.
Dalam Ihya Ulum ad-Din Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali membagi tingkatan umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. “Tingkatan pertama merupakan puasanya orang awam, yaitu tingalkatan puasa yang paling rendah berupa berpuasa menahan dirinya dari makan, minum, dan syahwat, namun di luar itu sikap, tingkah laku, perbuatan, perkataan dan gerak gerik yang dilakukannya masih belum dipuasakannya,” terang Ustad Didi Saefulloh.
Kemudian, tingkatan berpuasa orang istimewa atau Shaum Al Khawash. Yaitu berupa tingkatan puasa diatas puasa awam. Mereka yang berpuasa tidak hanya menahan diri dari makan, minum dan syahwat, melainkan memelihara seluruh panca indra dan anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat dan dosa.
“Tingkatan orang berpuasa Al Khawash mampu mempuasakan mata, telinga, tangan, kaki, hidung dan indera yang lain dari larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Puasa tingkatan ini juga disebut puasanya orang-orang shaleh atau shaum ash-shalihin,” ujar Ustad Didi Saefulloh.
Kemudian tingkatak ketiga adalah, berpuasanya seorang Muslim tingkat tertinggi. Dimana puasanya orang yang sangat istimewa atau Shaum Khawash Al Khawash, yaitu mereka yang selain berhasil mencapai tingkat kedua, juga mampu mempuasakan hatinya dari segala keinginan yang hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegah secara total dari memikirkan sesuatu selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau shaum al-qalbi ‘an al-himam al-duniyah wa al-afkar al-dun¬yawiyah wakaffahu ‘amma siwa Allah bi al-kulliyyah.
“Seorang Muslim yang taat dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan pada level ini adalah mereka yang senantiasa merasa seluruh perbuataannya diawasi Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau sering disebut mencapai derajat al-ihsan. Kemampuan seseorang menjaga dan memelihara dari mengurangi pahala puasa adalah ikhtiar tertinggi, dapat dipastikan kualitas ibadah puasanya jauh lebih baik dari yang hanya mampu menjaga dan memelihara ibadah puasa dari yang membatalkannya,” terang Ustad Didi Saefulloh.
Disampaikan Ustad Didi Saefulloh bahwa Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam telah menyampaikan bahwa Ramadan sebagai bulan yang penuh berkah dan maghfirah. Turunnya rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara melimpah, sekaligus sebagai ladang perlombaan untuk berbuat baik.