Kisah Sya'ban Radhiyallahu Anhu Sahabat Rasulullah Shalallahu Allaihi Wassalam

- 18 Januari 2024, 07:48 WIB
Setiap amal ibadah akan mendapat balasan yang setimpal.
Setiap amal ibadah akan mendapat balasan yang setimpal. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR – Ketika hendak mengimami sholat subuh berjamaah di masjid Nabawi, Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam tidak melihat salah seorang sahabatnya, Sya’ban radhiyallahu anhu, yang biasa duduk menunggu datang waktu sholat di pojok. Tidak ada salah seorangpun dari sahabat yang mengetahui keberadaan Sya’ban radhiyallahu anhu, hingga akhirnya setelah ditunggu Sya’ban tidak kunjung datang Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam mengimami sholat subuh karena waktu subuh akan habis.

Seusai sholat subuh, Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam bersama beberapa sahabat mendatangi rumah Sya’ban. Setelah melewati jalanan berkelok berbebatuan dan memakan waktu hingga 3 jam perjalanan, akhirnya sampai di rumah Sya’ban dan disambut istri Sya’ban dengan berlinang air mata.

Kepada Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam disampaikan bahwa Sya’ban tidak datang ke masjid untuk sholat subuh berjamaah karena Sya’ban telah meninggal. Juga disampaikan istri Sya’ban kepada Rasullah Shalallahu allaihi wassalam bahwa sebelum wafat suaminya mengucapkan tiga kalimat berupa penyesalan, “Mengapa tidak lebih jauh”,  “Mengapa bukan yang baru,” dan kalimat terakhir “Mengapa tidak semuanya”.

Baca Juga: Bulan Rajab, Hati Hati Hadist Maudhu

Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam melantunkan surah Qaf ayat ke 22, Laqad kunta fi ghaflatim min hadza fa kasyafna ‘angka ghitha’aka fa basharukal-yauma hadid. Yang artinya; Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.

Disampaikan Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam bahwa disaat Sya’ban dalam keadaan sakaratul maut, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah diperlihatkan ulang perjalanan hidupnya. “Semua ganjaran dari perbuatan Sya’ban diperlihatkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Apa yang dilihat oleh Sya’ban (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain. Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban melihat suatu adegan dimana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk sholat berjamah lima waktu. Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” kata  Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam tentang makna ucapa Sya’ban saat menghadapi sakaratul maut.

Lanjut Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam, ketika Sya’ban diperlihatkan  surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Sya’ban berucap, “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam diri Sya’ban ra, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah.

Baca Juga: Jumat Malam Ini Akan Masuk ke Bulan Rajab

Ucapan kalimat, “Mengapa bukan yang baru,” saat Sya’ban diperlihatkan ganjaran surga saat dirinya memberikan pakaian pada seseorang di musim dingin. Disaat musim dingin kebiasaan Sya’ban mengenakan pakaian berlapis-lapis untuk menuju ke masjid dengan pakaian bagus dikenakan di bagian paling dalam dan pakaian buruk dikenakan di bagian luar dengan pertimbangan agar ketika akan sholat pakaian bagus yang dikenalan dan pakaian jelek dilepas.

Saat hendak pergi ke masjid, Sya’ban mendapatkan orang yang tengah berbaring kedinginan dan Sya’ban memberinya salah satu pakaian yang dikenakan dan mengajaknya untuk bersama-sama sholat di masjid. Dan Sya’banpun melihat indahnya surga atas balasan dari perbuatannya, disaat itulah dirinya berteriak, ”Aduh, kenapa tidak yang baru”. Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban, bahwa memberi pakaian jelek saja mendapat ganjaran apalagi bila pakaian bagusnya yang diberikan tentu ganjarannya akan lebih besar.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x