Nyanyian Nelayan Pesisir Jawa Barat; Pandemi Covid-19 dan UU Cipta Kerja

- 22 Oktober 2020, 23:14 WIB
JAJARAN kapal nelayan bersandar pada pinggir pantai.***
JAJARAN kapal nelayan bersandar pada pinggir pantai.*** /M Gelora Sapta

PORTAL BANDUNG TIMUR-

TRADISI pesisiran merupakan keruwetan kebudayaan yang sangat dinamis, hasil persentuhan berbagai nilai-nilai yang datang dari mancanegara sejak abad ke tujuh.

Transportasi laut dan bandar kota memegang peranan penting dalam pertukaran kebudayaan sehingga kawasan pesisir menjadi sentra pembentukan peradaban. Laut menjadi sarana, proses sekaligus jiwa dari kebudayaan.

Perkembangan teknologi informasi dan transportasi udara, menyusutkan peran historis bandar kota dan kawasan pesisir, memindahkan pusat-pusat kebudayaan ke daerah metropolitan dan kawasan industri.

Baca Juga: Timnas U-19 Sepadan Jajaran Elit Asia

Masyarakat pesisir terpinggirkan, terdesak secara ekonomi dan melupakan laut sebagai kekuatan dinamik pembangunan masyarakat. Karena karakter masyarakat pesisir yang terbuka, dinamis, dan peka kepada perubahan; pergeseran arah ini melunturkan warisan tradisi pesisir yang kaya. 

Beririsan dengan situasi pandemi Covid-19 yang sudah berjalan 8 bulan banyak yang sudah sangat rentan terimbas secara ekonomi dan mungkin terlupakan yaitu nelayan, tani dan buruh. Nelayanlah yang banyak merasakan dampak dari pandemik ini, harga ikan turun hingga 50 persen.

Kalau menyitir dari data Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI); hampir di beberapa nelayan propinsi  di Indonesia kesulitan menjual ikan hasil melaut dan pengepul banyak yang tutup, ditambah bahan bakar minyak langka, kalaupun ada harganya mahal sekali.

Baca Juga: Sosok Pria Terkaya di Asia, Mukesh Dhirubhai Ambani

Halaman:

Editor: Agus Safari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x