Seni Benjang, Asal Cibolerang yang Masih Tersisa Hingga Kini

- 3 Mei 2021, 00:48 WIB
Dua petarung seni benjang gelut saat menunjukan kepiawaiannya di atas panggung. Kesenian Benjang Gelut asal Kampung Ciborelang Cinunuk Kabupaten Bandung hingga kini masih terjaga keberadaannya.
Dua petarung seni benjang gelut saat menunjukan kepiawaiannya di atas panggung. Kesenian Benjang Gelut asal Kampung Ciborelang Cinunuk Kabupaten Bandung hingga kini masih terjaga keberadaannya. /Foto : Dokumen helmi abdul hamid

PORTAL BANDUNG TIMUR - Selain terkenal dengan kuliner dan tempat wisata, ternyata Bandung pun terkenal dengan tumbuh dan berkembangnya seni dan budaya. Di salah satu sudut perkampungan daerah Desa Cinunuk , Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, terdapat satu perkampungan yang identik akan kesenian khas Bandung Timur yaitu benjang. Perkampungan yang memiliki keunikan dalam kesenian benjang  tersebut dikenal Kampung Cibolerang.

Tentu sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat bagian timur bandung yang memiliki kesenian khas yakni kesenian benjang. Berkembang di kaki gunung Manglayang, di daerah sekitar Ujungberung, Cibolerang sampai ke Cinunuk.

Kesenian benjang memiliki perbedaannya dari masing-masing daerah seperti di ujungberung kesenian benjang yang sering diselenggarakan yakni benjang heleran atau benjang arak-arakan. Sedangkan di daerah cibolerang kesenian benjang yang sering diselenggarakan yakni benjang gulat atau bela diri.

Baca Juga: Wisata Edukasi Sabilulungan dan Aplikasi Bandung Edun, Dipromosikan Disparbud Kabupaten Bandung

Di Kampung Cibolerang, Benjang gulat sendiri merupakan suatu seni bela diri tradisional yang memiliki ciri khas unik dibanding yang lainnya. Berbeda dengan pencak silat yang pertarungannya saling berjauhan, dalam benjang gulat  para pemain diharuskan merapat seperti dalam gulat. Selain itu, dalam kesenian benjang gulat ini memiliki beberapa teknik dalam pertarungannya.

Keistimewaan dari dari benjang gulat ini mempunyai beragam jenis telnik seperti  teknik dengkek (menjepit leher), teknik ngangkat (mengangkat orang), dan teknik beulit (membelit kaki lawan dengan kaki kita). Bahkan menurut pelaku benjang gulat dari Kampung Cibolerang, Ii Supardi (53) mengatakan ada beberapa teknik beulit sendiri dalam benjang gulat.

"Satu beulit, dua beulit pinggir, tilu beulit hareup, opat poksay, lima nelsen, jeung genep piting dan masih banyak lagi. Itu jurus-jurus ataupun gerakan yang ada di seni benjang, " terang Ii Supardi.

Benjang gulat sering diselenggarakan dalam berbagai macam acara seperti upacara khitanan, syukuran hasil panen, dan agustusan. Benjang biasanya dipentaskan pada saat malam hari di tanah yang lapang atau juga halaman rumah.

Bahkan dulu, pada awal mulanya kesenian benjang di adakan di tengah sawah kering yang di atasnya dialaskan jerami. Namun seiring berkembangnya zaman pentas kesenian benjang dilakukan di atas ring.

Seperti kesenian bela diri tradisional lainnya, dalam pertunjukannya benjang gulat juga selalu diiringi oleh musik tradisional. Alat musiknya terdiri dari pimprung, kempul, kecrek, kendang, dan terompet. Ciri khas bela diri Benjang ketika bertanding diiringi dengan musik yang temponya cepat. Musiknya pun bukan musik sembarang musik tetapi musik khas Benjang semacam musik padungdung.

Baca Juga: World Dance Day 2021, 7 Jam Menari 70 Sanggar Tari dan 700 Penari

Alur pertandingan

Pemain benjang masuk ke dalam arena biasanya suka menampilkan ibingan dengan mengenakan kain sarung sambil diiringi musik tradisional yang khas, kemudian setelah berhadapan dengan musuh mereka membuka kain sarung masing-masing, berikut pakaian yang dipakai di atas panggung, yang tersisa hanya celana pendek saja dan  menandakan dirinya bersih, tidak membawa suatu alat maka pertandingan pun dimulai.

Penabuh alat-alat musik benjang dengan penuh semangat akan membunyikan tabuhannya dengan irama Bamplang (semacam padungdung dalam irama pencak silat), maka setelah mendengar musik dimulailah pertandingan benjang. dalam pertandingan benjang zaman dulu tidak ada wasit, pemain benjang itu bertanding dengan bersih dan sportif maka pihak yang kalah akan menerimanya walaupun mengalami cidera.

Sebab sebelumnya sudah mengetahui peraturan pertandingan benjang apabila salah seorang mengalami cidera tidak akan ada tuntutan. Seorang pemain benjang dinyatakan kalah setelah berada di bawah dalam posisi terlentang.

Baca Juga: Hingga Hari Ini, 300 Ribu Kasus Baru dan 2.771 Kematian Baru di India Akibat Covid Varian Baru  

Namun seiring berkembangnya zaman, ada beberapa ketentuan yang sekarang diadakan seperti adanya wasit, lalu adanya mantras untuk alas para pemain agar badan para pemain tidak langsung menghantam tanah atau lantai. Selain itu, sekarang ada ketentuan bagi para pemain yang akan melakukan benjang dengan melihat berat badan serta tinggi badan. Beda dengan benjang dahulu, yanga hanya mengutamakan  keberanian saja.

Benjang bukan hanya sekedar kesenian untuk hiburan semata atau bela diri yang hanya menggunakan otot saja, tapi lebih dari itu benjang sarat akan berbagai makna. Mulai dari awal pertandingan yang dibuka dengan membaca doa yang bertujuan untuk meminta keselamatan pada tuhan, dan ditutup dengan pemain yang saling berjabat tangan dan berpelukkan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa benjang ini bisa dijadikan media untuk mendekatkan diri pada tuhan dan sebagai olah raga yang penuh akan sikap sportifitas. Sesuai dengan moto benjang, “bersih hate handap asor”, yang menang tidak boleh sombong dan yang kalah harus menerima kekalahannya.

Dalam kesenian benjang gulat ini pemain yang kalah akan dalam posisi nangkarak (terlentang) wajahnya melihat ke langit atau bintang, ini memiliki makna kita harus tetap mengingat tuhan meskipun dalam keadaan terpuruk. Sedangkan pemain yang menang atau mendindih lawan akan melihat tanah, ini berarti meskipun menang kita tidak boleh sombong karena kita akan kembali ke tanah (meninggal).

Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah, Posko THR Sudah Terbentuk di Seluruh Indonesia

Kini kesenian Benjang sudah berkembang luas hingga tingkat Jawa Barat bukan hanya di wilayah cibolerang dan bandung timur saja. Menurut pelaku benjang kampung cibolerang yakni Ohid Tohidin (34), sekarang kesenian benjang sudah memiliki wadah yaitu Persatuan Benjang Indonesia (PBI).

"Kesini-kesininya benjang juga sekarang sudah mempunyai wadah yaitu PBI disebutnya dibawah Naungan KORMI yaitu Komite Olah Raga Masyarakat Indonesia. Tujuan adanya wadah tersebut antara lain bisa menjadi tempat mengembamgkan bakat para pemain benjang untuk menjadi pegulat di tingkat nasional serta terus meneruskan kesenian khas dari bandung timur agar terus lestari dan tidak hilang,” pungkas Ohid Tohidin. (helmi abdul hamid)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah