Pedati Gede Pekalangan, Tinggalan Pangeran Cakrabuwana Putera Sulung Prabu Siliwangi

- 18 Juli 2021, 21:00 WIB
Banyak hal menarik tentang Pedati Gede yang dibuat Pageran Walangsungsang atau Pangeran Cakra Buwana putera sulung Prabu Siliwangi membuat Situs Pedati Gede Pekalangan di Pekalangan Selatan, Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon wisatawan domestik hingga mancanegara.
Banyak hal menarik tentang Pedati Gede yang dibuat Pageran Walangsungsang atau Pangeran Cakra Buwana putera sulung Prabu Siliwangi membuat Situs Pedati Gede Pekalangan di Pekalangan Selatan, Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon wisatawan domestik hingga mancanegara. /Foto : Istimewa

Selain digunakan untuk membangun Pedukuhan menjadi Nagari Cerbon dan kemudian berubah menjadi Kesultanan Cirebon, Pedati Gede Pekalangan menjadi sarana syiar Islam sepanjang Pantai ke Utara Jawa. Selain itu pada tahun 1480, Pedati Gede Pekalangan digunakan Sunan Gunung Jati atau Syekh Maulana Syarif Hidayatullah untuk mengangkut material pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, hadiah perkawinan Sunan Gunung Jati untuk Nyi Mas Pakungwati.

Untuk kebutuhan Festival Keraton Nasional tahun 1997 dibuat reflika Pedati Gede Pekalangan yang kini disimpan di Museum Keraton Kasepuhan.
Untuk kebutuhan Festival Keraton Nasional tahun 1997 dibuat reflika Pedati Gede Pekalangan yang kini disimpan di Museum Keraton Kasepuhan. Foto : Istimewa
Hal yang cukup unik dari Pedati Gede Pekalangan adalah dari bentuknya dan juga diameter rodanya yang mencapai 2 meter. Semua bagian roda, baik bagian lingkaran maupun jeruji rida terbuat dari kayu jati. “Sebenarnya ada 12 roda, tapi pada saat kebakaran besar tahun 1930an ada empat roda yang terbakar, jadi hingga sekarang hanya delapan roda yang terpasang,” terang Taryi, Juru Pelihara ke 14 Pedati Gede Pekalangan.

Diungkapkan Taryi, pada tahun 1995 pernah diupayakan restorasi atau perbaikan Pedati Gede Pekalangan oleh  Mr Herman Vosh dan Mr De Taher, mantan kepala museum kereta-ketera Leiden Belanda, namun hal tersebut tidak berhasil. Karenanya agar tetap terawat setiap seminggu sekali dibersihkan dengan memakai minyak lentik untuk mejaga agar bisa bertahan lama.

Hal cukup unik lainnya dari Pedati Gede Pekalangan, jika dilihat dari depan, ukuran setiap roda berbeda-beda, semakin kebelakang semakin besar pula rodanya. Roda pedati berjumlah 12 roda atau 6 pasang, dengan enam roda berdiameter 2 meter sedangkan enam roda lainnya berukuran lebih kecil yaitu 1,5 meter .

Sementara diatas Pedati Gede Pekalangan terdapat mimbar atau balai. Fungsinya tempat Pangeran Cakrabuana duduk menyampaikan dakwah dan menyebarkan agama islam dari pedusunan ke pedusunan mulai dari Cirebon ke Batavia (Jakarta) dan dari Cirebon ke Surabaya.

Baca Juga: PPKM Darurat Jawa dan Bali di Perpanjang, Forum Pimred PRMN Bersikap, Ajak Warga Saling Bantu #rakyatpeduli

Karena berbagai cerita tetang keberadaan Pedati Gede Pekalangan, mereka yang datang bukan hanya warga sekitar Cirebon atau Jawa Barat saja, tapi juga dari provinsi lain seperti Aceh, Bali, Palembang dan lainnya. Bahkan tidak jarang pengunjung dari Belanda, Jepang, Malaysia dan negara lainnya.

Umumnya, mereka yang datang berkunjung bukan hanya sekedar melihat keunikan dari Pedati Gede Pekalangan. Tapi juga untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan semua hal tentang Pedati Gede Pekalangan, terutama berkaitan dengan fungsinya sebagai sarana untuk mengembangkan ajaran Islam.

Para peneliti merasa kagum bercampur penasaran karena Pedati Gede Pekalangan dibuat Pangeran Cakrabuana, hanya berbahan kayu jati tanpa ada tambahan bahan lainnya. Selain itu meski berukuran besar dengan diameter hampir mencapai 15 dan leba 2,5 meter serta tinggi 3 meter, setiap sambungan tidak menggunakan paku ataupun pasak.

Berbagai cerita dari mulut ke mulut, dikatakan bahwa Pedati Gede Pekalangan bisa terbang. Sebagaimana yang diungkapkan Taryi Juru Kunci ke 14 bahwa dulunya pada masa pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa warga melihat Pedati Gede yang ditarik Kebo Andanu tidak napak ke tanah alias terbang. “Karenanya pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa bisa diselesaikan dalam waktu sehari semalam,” terang Taryi.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah