Panji: Mengapa Artinya Siji ?

- 6 November 2020, 10:10 WIB
SALAH satu posisi tubuh tari Topeng Panji yang ditampilkan penari dari sanggar seni, Mulya Bhakti pimpinan Mimi Wangi Indria asal Desa Tambi Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu.
SALAH satu posisi tubuh tari Topeng Panji yang ditampilkan penari dari sanggar seni, Mulya Bhakti pimpinan Mimi Wangi Indria asal Desa Tambi Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. /Heriyanto Retno/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Jalan menuju Tuhan bervariasi, namun tujuan hanya satu. Seperti juga banyak jalan menuju Ka’bah.

Bagi sebagian orang jalan itu dari Indonesia, bagi sebagian lagi dari Pakistan, yang lain datang dari Persia atau Cina atau melalui laut dari India dan Yaman. Jadi jika kita memikirkan jalan-jalan ini, maka berada di luar hitungan, dengan perbedaan-perbedaan yang tak terbatas.

Tetapi ketika mempertimbangkan tujuan ini kita semua menuju pada satu keinginan. Semua hati tertuju kepada Ka’bah. Hati menyatu dalam kerinduan dan cinta kita kepada Ka’bah, dan padanya tidak ada ruang untuk perpisahan.

Baca Juga: Amerika Serikan Pecah, Rusia dan Cina Gembira

“Cinta itu bukan keimanan ataupun kekafiran, karena ia tidak punya hubungan dengan berbagai jalan”, demikian kata ‘Arabi dalam sebuah bukunya, Fihi Ma Fihi. Setiap makhluk mengetahui Yang Satu sesuai dengan gayanya sendiri, namun hanya manusia sempurna yang mengetahui Dia sebagai Yang Satu, yakni, dengan segala nama-Nya yang menyeluruh.  Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi bertasbiih kepada Tuhan (Q.s. 57: 1, 59: 1,  dan lain-lain).

Pemujaan ini didasarkan pada pengetahuan Tuhan yang dimiliki oleh setiap dan masing-masing makhluk. Makhluk memuji Tuhan sejauh dia mengetahui-Nya. Bunga-bunga memuji-Nya sebagai penguasa matahari, bumi dan hujan, sementara lebah memuja-Nya sebagai penguasa bunga-bunga.

Penari memujanya sebagai penguasa yang menggerakkan. Penyanyi memujinya sebagai penguasa yang melagukan. Kita memuji-Nya sebagai penguasa tujuan dan hasrat, apa pun tujuan itu, yakni Tuhan Pemelihara, Pemberi Hidup, Indah, Pengasih dan lain-lain, dan orang menyebut nama-nama tersebut serta memuji Tuhan ketika mereka membutuhkan anugerah-Nya, baik diungkapkannya secara verbal maupun tidak,  seperti shalat atau berdoa, menyanyi atau menari.

Baca Juga: Anak Ciganitri, Tampilkan Potret Kampung Halaman Yang Hilang

Bahwa umat manusia dalam berkomunikasi dengan Tuhannya itu di antaranya melalui simbol-simbol, haruslah diyakini sebagai salah satu cara dengan jalan. Setiap orang, baik secara individu maupun kelompok, masing-masing mempunyai simbol tersendiri manakala mereka berhubungan dengan yang di-Tuhan-kannya.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x