PORTAL BANDUNG TIMUR – Sepanjang triwulan III tahun 2020 sektor industri pengolahan mampu merealisasikan nilai investasi sebesar 72,3 triliun. Dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 capaian ini mengalami kenaikan hingga 69,3%.
Dalam keterangannya , Kepala Pusat Data dan Informasi Kementrian Perindustrian, R. Janu Suryanto mengatakan, selama triwulan III-2020, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk sektor industri pengolahan senilai Rp19,5 triliun. Artinya, ada kenaikan34,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Penanaman Modal Dalam Negeri terjadi kenaikan 34,3%. Sedangkan, untuk Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp52,8 triliun atau naik 87,3%,” ujar Janu Suryanto dalam keterangan persnya di Jakarta sebagaimana dikutip Portal Bandung Timur dari siaran pers kemenperin.go.id.
Baca Juga: Dua Bintang Hollywood Miliki Klub Wrexham
Baca Juga: TEI-VE ke-35 Cetak Transaksi Sementara USD 678,1 Juta
Baca Juga: Kurang Tepat Pencopotan Kapolda Jabar Karena Prokes
PMDN sektor industri pengolahan sepanjang sembilan bulan tahun ini, menurut JanuSuryanto, didominasi sektor industri makanan dengan nilai Rp21,9 triliun atau berkontribusi sebesar 35,1%. Industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia diurutan berikutnya dengan nilai Rp7,9 triliun (berkontribusi 12,7%), diikuti industri barang galian bukan logam sebesar Rp5,3 triliun (berkontribusi 8,5%).
Realisasi PMA sektor industri pengolahan pada Januari-September 2020, lanjut Janu Suryanto, didominasi sektor industri logam dasar dengan nilai USD4,4 miliar atau berkontribusi sebesar 45,8%. Selanjutnya, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia senilai USD1,21 miliar (berkonbtribusi 12,5%), serta industri makanan sebesar USD1,07 miliar (berkontribusi 11%).
“Untuk lima negara teratas dengan investasi PMA sektor industri pengolahan terbesar pada Januari-September 2020, yaitu Singapura dengan nilai sebesar Rp39,14 triliun atau berkontribusi sebesar 28,0%, diikuti China (Rp 26,75 triliun, 19,2%), Hongkong (Rp21,90 triliun, 15,7%), Jepang (Rp 13,85 triliun, 9,9%), dan Korea Selatan (Rp10,09 triliun, 7,2%),” pungkas Janu. (jodi prabowo)***