Berada di lembaga pengarsipan tersebut menjadi sebuah kesadaran yang tak terampuni bila kekayaan bangsa ini tak dihiraukan kembali kepeduliaannya terhadap pengarsipan film-film tersebut oleh para praktisi film apalagi pemerintah Indonesia.
Baca Juga: Proses Pembuatan Aplikasi Yang Kita Gunakan Sehari-hari
Hmm.. negara akan rugi besar kalau kehilangan sejarah film karya anak bangsa ini akan menjadi ‘mati suri’ secara perlahan jika tak dilirik keberadaannya. Makin terasa ruang-ruang sunyi dan dingin itu saat memasuki ruang tempat rol-rol film 8mm, 16mm, 35mm dan 70mm di basement dengan suhu 9⁰C yang tetap terjaga selama 24 jam agar tidak rusak.
Begitulah mereka mengerjakan semuanya dengan penuh perhatian dan kesadaran terhadap karya film di negeri yang dilupakan kiprahnya.
Katanya satu-satunya di Indonesia bahkan konon yang pertama se Asia Tenggara (entah saat ini) lembaga pengarsipan film ini, katanya Sinematek Indonesia ini sudah menjadi arsip nasional, katanya aturan sudah menginstruksikan, tapi katanya juga pemerintah belum serius mendukung dengan layak.
Baca Juga: Pemprov Jabar Penyaluran BantuanKorban Bencana Garut Selatan
Hmm.. sebuah heritage karya film anak bangsa secara perlahan-lahan akan mati suri.
Semoga kesadaran dan peduli masih ada. (Gasfar)***