PORTAL BANDUNG TIMUR - Rabu sore pekan terakhir bulan Juni 2023, langit terlihat mendung, matahari tertutup awan hitam yang menandakan akan turunnya hujan di kawasan Arcamanik, Kota Bandung. Kesunyian nampak terlihat dikediaman seorang tokoh yang mengabdikan dirinya dan membuka jalan peradaban dengan membuka museum pribadi di kediamanannya.
Potret Gun Gun Gurnadi Gumelar dengan warna rambut yang telah menjadi putih, berkumis tebal sambil menunjukkan salah satu koleksi museum pribadinya Bumi Pakarang Susuhunan menyambut pengunjung museum berlokasi di Jalan Pirus Galuh 1 Nomor 5. Cisantren Kulon, Arcamanik, Kota Bandung menyambut pengunjung.
Pak Gun Gun sapaan akrabnya. Pria kelahiran Kabupaten Ciamis ini adalah kolektor yang secara tekun mulai mengoleksi berbagai benda hasil kebudayaan manusia, tepatnya saat duduk dibangku SMA.
Baca Juga: Benarkah Abattoir Bandoeng di Kota Cimahi Masuk Bangunan Cagar Budaya yang Patut Diselamatkan
Kecintaanya terhadap sejarah dan budaya Sunda menjadi kisah yang berbeda dikalangan teman seusianya. Puluhan tahun menjadi seorang kolektor terdapat kisah haru Pak Gun Gun dalam perjalanan hidupnya.
“Tujuh tahun yang lalu saya mengalami stroke, kemudian koleksiknya disimpan dirumah-rumah yang lain. Dari sini mulai berfikir seandainya saya sudah tidak ada, yah sayang (tidak ada yang mengurus). Setahun mengalami stroke akhirnya punya ide membuat museum. Disini (rumah) berbagai koleksi dikumpulkan disusun rapih didalam lemari sampai ke ruang tamu dan dapur. Akhirnya beli tanah di Ciamis seluas 4500 meter persegi dibuatlah museum,” ujar Gun Gun.
Niatnya yang tulus dan ikhlas Gun Gun membuat dua museum sekaligus yakni Museum Galuh Cisaga di Kabupaten Ciamis Jawa Barat dan Bumi Pakarangan Susuhunan di Arcamanik Kota Bandung. Keduanya berada dibawah Yayasan Museum Galuh dikelola oleh keluarga.
Baca Juga: Museum Galunggung, Kekhawatiran Akan Sejarah yang terlupakan
Pada tahun 2019 Bumi Pakarangan Susuhunan diresmikan menjadi museum oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung dan di buka untuk masyarakat umum. “Benda-benda ini bukan hanya sekedar nilai keindahan saja yang dilihat, saya memandang bahwa ini terdapat makna filosofis. Melalui benda-benda inilah kita mengetahui peradaban manusia,” cerita Gun Gun.
Bumi Pakarang Susuhuan menyatu dengan rumah pribadi Pak Gun Gun dan keluarga. Saat masuk ke ruang koleksi yang ada dilantai tiga terbuat takjub akan ribuan koleksi yang tertata rapih dan apik mulai dari alat pertanian, berburu hingga alat berperang tersusun sesuai jenisnya.
Di Museum Bumi Pakarang Susuhunan kita juga dapat melihat koleksi masterpiece seperti Tombak Trisula dan Pancasula. Koleski yang ada disini semuanya milik pribadi Gun Gun. “Ada yang sengaja dibeli, ada juga sering tukar menukar dengan teman. Karena ini koleksi lama jadi nggak familiar sekarang ini sampai tidak diketahui juga namanya,” ujar Gun Gun.
Baca Juga: Museum Perkebunan Indonesia di Medan, Tawarkan Sensasi Koleksi Kekayaan Hayati Nusantara
Harumnya Museum Bumi Pakarangan Susuhan terdengar ke seantero negeri sehingga mengundang para khalayak untuk datang ke tempat ini, mulai dari kunjungan domestik sampai mancanegara berduyun-duyun untuk melihat. Bahkan pula ada yang melakukan penelitian.
Tidak sedikit dari mereka yang datang masih percaya pada hal berbau mistis. Untuk itu, Gun Gun mengatakan “saya tidak percaya pada yang seperti itu, apalagi untuk meminta kepada benda-benda mati. Saya hanya percaya pada Gusti Yang Maha Agung,” tegasnya.
Diungkapkan Gun Gun, kalau untuk perawatan hanya menggunakan cairan anti karat saja. “Itupun gimana maunya saya, tidak ada perawatan harus dibersihkan pada malam satu suro atau ritual-ritual seperti di Cirebon,” ujar Gun Gun diiringi senyumnya.
aktu kunjungan Bumi Pakarang Susuhunan dimulai hari Rabu-Kamis pukul 09.00-16.00 wib, Jumat 14.00-20.00, dan Sabtu 09.00-16.00. Bisa juga menghubungi kontak telepon yang tertera di akun sosial media instagram @museumgaluh.(Nisa Dhiyanti)***