Tanpa sedikitpun kata yang keluar, puluhan laki-laki warga Pasir Ipis terus berjalan menembus kabut yang masih menyelimuti. Sepanjang perjalanan, tanaman yang menghalangi jalan di potong dan ditancapkan, demikia pula saat tiba di bak penampungan pepohonan dirapikan dan lumpur tebal selama 20 tahun diangkat.
Baca Juga: Cimande Kembali Hitam Pekat
Kegiatan di sungapan hanya berlangsung selama 1 jam setelah itu turun kembali menuju perkampungan. Namun didaerah agak lapang (camping ground) kaum ibu dan anak-anak menyambut dengan berbagai kesenian tradisional, setelah doa bersama dengan harapan air sungapan tetap mengalir ke Pasir Ipis, acara dipungkas murak timbel balakecrakan,berupa tradisi makan bersama. (heriyanto)***