Re-BUNG

- 24 Oktober 2020, 19:47 WIB
Pameran seni rupa di Thee Huis Gallery Taman Budaya Jawa Barat yang bertajuk
Pameran seni rupa di Thee Huis Gallery Taman Budaya Jawa Barat yang bertajuk /May Lodra

Arus globalisasi yang tidak terelakan, tentu menuntut pula konfigurasi sikap kritis, mengingat di dalamnya berkelindan 'info sphere' yang mendorong keterbukaan ekonomi global, dan 'moral sphere' mendorong perubahan nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat dan negara.

Dalam konteks ini, khasanah seni rupa Indonesia juga tak luput dari arus penyerapan  serta gelombang komodifikasi estetik global. Kehadiran karya-karya dalam pameran seni rupa ini pada dasarnya merupakan 'peta kecil' yang membantu kita meneropong kecenderungan praktik, gagasan  dan basis pemikiran para perupa yang tinggal dan bekerja di kawasan Jawa Barat.

Baca Juga: Sosok Pria Terkaya di Asia, Mukesh Dhirubhai Ambani

Keragaman ungkapan ini pada dasarnya bukan sekadar kemajemukan gaya, melainkan perbedaan yang diwarnai pula oleh fragmentasi kebudayaan, segmentasi kelompok sosial yang melingkupi dan menyertainya.

Pluralitas konteks, teknik dan lokalitas pada karya-karya seni rupa ini menyiratkan kemajemukan sudut pandang yang berkaitan dengan suatu sistem sosial dan politik tertentu di dalam ruang kebudayaan yang berkaitan dengan tempat, dan waktu.

Alam selaku subyect matter yang menjadi titik tolak dan pusat konsentrasi tematik yang dieksplorasi sedemikian rupa, misalnya, selain hadir membawa kebenaran eksistensial, keunikan cara pandang, kepekaan penghayatan, eksplorasi atas material dan teknik, juga hadir selaku citraan yang membebaskan diri dari beban mimesis.

Baca Juga: Proses Pembuatan Aplikasi Yang Kita Gunakan Sehari-hari

Sebagian lainnya, nampak menggali kompleksitas dunia manusia melalui berbagai pendekatan ekspresi figuratif dan simbolik. Dalam karya-karya tersebut, makna 'tubuh' dan nilai-nilai kemanusian menjadi intensi yang mengarahkan dan mempengaruhi pilihan idiom dan bentuk represntasi.

Pluralitas konteks dan intensi dalam karya-karya para perupa dalam pameran 'Re-Bung!' dalam banyak aspeknya memperlihatkan semacam penampang pemahaman yang memungkinkan kita melihat grafik tentang  'pertumbuhan' praktik para perupa dalam lingkup terbatas di Jawa barat. Dari sisi konteks dan intensinya, nampak bahwa keragaman itu tak lepas dari tujuan reflektif.

Menguatnya kesadaran mengenai gagasan yang berakar pada bentuk pengalaman yang intens dan koheren, keterpautan antara pluralitas budaya dan denyut kehidupan sehari-hari, tentunya selain nampak mengembalikan seni pada kenyataan realnya, juga memperlihatkan bahwa modalitas seni rupa senantiasa berubah terus sehingga pengalaman estetik itu sungguh bersifat paradigmatik terhadap seluruh pengalaman kita sehari-hari.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah