Di Bandung Ada Wayang Cepak?

- 15 Oktober 2020, 22:44 WIB
Keberadaan Wayang Cepak di Kota Bandung merupakan jasa dari Mama Usup Sarbin  sekitar Tahun  1800 an mendapat diundang Kanjeng Dalem Bandung.***
Keberadaan Wayang Cepak di Kota Bandung merupakan jasa dari Mama Usup Sarbin sekitar Tahun 1800 an mendapat diundang Kanjeng Dalem Bandung.*** /May Lodra

PORTAL BANDUNG TIMUR.-

Wayang Cepak identik sebagai kesenian tradisional asal Kabupaten dan Kota Cirebon. Kesenian wayang yang memiliki kekhasan ornamen hiasan pada kepalanya (topi) cepak (rata) sejajar dengan bagian atas kepalanya, yang tentunya hal ini berlainan dengan Wayang Golek Purwa di Priangan, ornamen pada kepala mengenakan makuta (mahkota, crown) berbentuk nyuncung (piramida) serta berbentuk telekung (melengkung).

Keberadaan Wayang Cepak di Kota Bandung merupakan jasa dari Mama Usup Sarbin  sekitar Tahun  1800 an mendapat diundang Kanjeng Dalem Bandung. Setelah pentas mendapat tanggapan positif warga Kanjeng Dalem serta masyarakat pada umumnya sehingga Mama Usup dianugerahi gelar Ngabei.

Sejak mendapat anugerah Ngabei, Mama Usup mengajar wayang dan menetap di Sumedang sampai akhir hayatnya. Kesenian Wayang Cepak diterus Rasta anak angkat Mama Usup melanjutkan serta menetap di daerah Nanjung Batujajar Kab. Bandung Barat sekarang.

Baca Juga: UMKM Kabupaten Bandung Masih Terkendala Pengembangan

Selain rutin tampil di Pendopo Kabupaten (sekarang Pendopo Kota Bandung) Mama Rasta  melanjutkan juga sering tapil di pelosok pedesaan, kala itu cerita paling digemari ‘Menak Hamzah’ dengan iringan gamelan berlaras Pelog Jawar.

Setelah Mama Rasta meninggal, kesenian Wayang Cepak diteruskan putranya, Otong Rasta. Antara tahun 1949 hingga 1970 an nama Ki Dalang Mama Otong Rasta dengan kesenian Wayang Cepak Bandung cukup dikenal.

Tahun 1969, Mama Otong Rasta dengan Wayang Cepaknya mendapat kesempatan tampil  di acara Pekan Wayang seluruh Indonesia. Saat itu berkolabora Atik anak Otong yang menampilkan Wayang Golek Purwa.

Baca Juga: Koramil 1811 Ujung Berung Lakukan Penyemprotan

Pada tahun 1974 wayang cepak mendapat undangan dari proyek penujang Jawa Barat untuk tampil dalam acara Pekan Pariwisata di Pendopo Kabupaten Bandung. Pada tahun 1977 di undang Asia Assisiacity dari Amerika selama 50 hari dan  sesaat pulang dari Amerika seorang gadis bernama Kathy Folley meminta untuk belajar memainkan Wayang Cepak.

Setelah usai masa Otong Rasta, giliran Atik Rasta Prawira meneruskan warisan kesenian tradisional warisan kakek buyutnya Wayang Cepak Bandung. Bersama Sanggar Seni Galuranya di RT 01 RW 01 Kel. Sukaraja, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Mama Atik melestarikan kesenian Wayang Cepak.

Pada tahun 1980 Wayang Cepak Bandung mendapat kesempatan tampil dalam acara Pekan Wayang se-Jawa Barat di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan  (kini Pusat Pengembangan Kebudayaan Jawa Barat)Jalan Naripan Bandung.

Baca Juga: Proses Pembuatan Aplikasi Yang Kita Gunakan Sehari-hari

Pada tahun 2012 Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (kini UPTD Pengembangan Kebudayaan Daerah Jawa Barat) memasukan Wayang Cepak Bandung dalam Program Pewarisan Seni Tradisi Jawa Barat. Kala itu, menampilkan cerita klasik ‘Menak Lari’ salah satu petikan lakon Amir Hamzah yang banyak dipengaruhi tentang cerita penyebaran agama Islam.

Bercerita tentang Wayang Cepak, pertamakali ada di daerah Bendo Cirebon dibawa satu keluarga, Mama Sarbin alias Mama Usup (kakak), Mama Kasim alias Bapak Murtiyah (adik), Mama Sukarya alias Bapak Gendre (ipar). Oleh Mama Usup inilah Wayang Cepak dibawa ke Bandung tahun 19800 saat mendapat undangan Kanjeng Dalema atau Bupati.

Ornamen untuk penutup kepala (topi) pada Wayang Cepak, mengenakan destar (penutup kepala dari kain, umumnya dikenakan ulama islam) ada pula mengenakan bendo (penutup kepala dari kain batik umumnya dikenakan oleh Ningrat Sunda). Karena mengenakan bendo itulah Wayang Cepak dari Cirebon disebut juga Wayang Bendo.

Baca Juga: WhatsApp Menjadi Messenger Terbaik Dunia

Kebanyakan cerita dalam pertunjukan Wayang Cepak mengadaptasi dari hikayat sastra Arab, seperti cerita Amir Hamzah dan Rangganis. Makanya Wayang Cepak juga sering disebut Wayang Arab. (may lodra)***

Editor: May Nurohman S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x